Menyikapi Hidup Ala Filsafat Stoisisme (Dijamin Tenang!!)

2/10/2021 02:06:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Hallo readers! How was your Iman? How's your Iman today? How's your doa? Semoga setiap hari lebih banyak bahagia yang bisa kita bagi ✨

Nah, tulisan ana kali ini akan memperbincangkan tentang refleksi dan (mungkin) panduan bagaimana kita meramu (tips) menjalani kehidupan yang membahagiakan (mensyukuri setiap apa yang diberi Tuhan, setiap hari).

Setidaknya untuk ana ingat sendiri suatu waktu lupa dan yang pasti ditujukan pada pembaca tercinta. Apalagi yang tertarik mempelajari filosofi Yunani Kuno (khususnya stoicism) untuk bisa digunakan menjadi panduan kehidupan zaman sekarang. Masa sekarang masa big data. Cepat khawatir, merasa useless, marah, kecewa, dan pesakitan lainnya. Heyyy! Kita benar-benar harus bahagia di dunia nyata bukan pamer bahagia di media sosial belaka!

Let's start...

Sebagaimana orang duga bahwa filsafat melulu dikaitkan dengan pembahasan yang berat, rumit, kumpulan teori yang membosankan, dan hanya membuat scholar (readers) kebingungan. Tapi, akan saya perkenalkan (atau ingatkan kembali) dengan salah satu aliran filsafat yaitu stoisisme. Filsafat itu menyenangkan, akan jadi apakah hidup jika hanya menjalankan rutinitas belajar dan bekerja, memenuhi kehidupan domestik yang tiada habisnya atau kongkow yang sarat pemaknaan. 

Apa itu Filsafat Stoisisme?

Stoisisme adalah filsafat pragmatis yang memusatkan perhatian kita pada apa yang mungkin dan memberi kita perspektif tentang apa yang tidak penting. Dengan memahami stoisisme, kita dapat belajar menjawab pertanyaan-pertanyaan esensial tentang kehidupan:

Haruskah kita menikah atau berpisah? Bagaimana mengatur dan mengolah keuangan agar tidak krisis terlebih kita sedang diuji pandemi covid-19?
Bagaimana siyasah kita meraih dunia dan menggapai akhirat? Haruskah kita melanjut hidup atau berhenti kapan saja?

Siapapun kita, stoisisme memiliki sesuatu untuk kita. Ingat bahwa Tuhan ada di setiap prasangka hamba-Nya.

Filsafat Stoisisme tidak berkisar pada teori dan wacana yang melangit, melainkan lebih kepada hal praktis, aplikatif sesuai moralitas hingga kita katakan solusi tepat jalani kehidupan di era modern yang bisa membuat kita depresi kapan saja. Banyak alasan yang membuatnya wajar. Semakin kesini, manusia sekarang menjadikan sensasi sebagai prestasi untuk menjulang kesuksesan, popularitas dan meraih cuan. Bekerja mati-matian dapat uang, uang dihabiskan untuk senang-senang sedikit menghilangkan beban.~

Semoga tulisan ini menjadi panduan implementasi filosofi (to help us master the Stoic virtues).

Bagi readers yang suka membaca pasti familiar dengan Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang bestseller itu. Ya, inilah buku yang dimaksud oleh Henry Manampiring sebagai genealogi tulisannya yaitu How To Be A Stoic karya Massimo Pigliucci.

Dalam menyikapi hidup, pelajaran penting dari filsafat stoisisme kita diajarkan tentang beberapa hal:

1. Keutamaan dan kepantasan.

Disiplin ilmu yang pertama adalah tentang keinginan - apa yang layak dan apa yang tidak pantas untuk diinginkan. Stoisisme menyuruh kita membedakan apa yang ada dan apa yang tidak ada dalam kekuatan kita, agar pada gilirannya pemahaman ini bisa memberi kita kerangka kerja yang berguna untuk panduan dalam semua keputusan yang kita ambil nantinya.

Penting pula untuk memahami sifat manusia dan tempat kita di alam semesta; letakkan faktor-faktor eksternal (kesehatan, kekayaan, pendidikan), atau kekurangan, dalam perspektif yang tepat.

2. Harapan-harapan dan kenyataan.

Epictetus memberitahu kita agar siap menghadapi berbagai situasi dengan sikap realistis terhadap hal-hal sebagaimana adanya. Tujuan, ambisi, nafsu akan apapun termasuk agama dan amal ibadah 🤣 memang tiga hal tersebut yang membuat manusia bergairah untuk hidup. Tentang sabar, interpretasinya ialah pasca berusaha semaksimal dulu bukan semata sabar artinya menunggu.

3. Kendali diri.

Manusia yang punya tujuan, kemauan setidaknya ia memiliki harapan untuk terus berusaha. Tapi jangan lupa, percuma jika semua pencapaian mu tidak membuat dirimu merasa damai. Apa definisi damai? Adalah mengontrol apa yang dibawah kendali (kita). Apa aja yang dibawah kendali kita? Bisa impuls personal, respon-respon psikologis, fisiologis itu dibawah kendali kita. Jadi cukup kendalikan itu saja. Luaran itu realitas terberi. 

4. Kekaryaan dan pekerjaan.

Stoisisme menyarankan bagaimana kita hidup yang berimbang. Antara kekaryaan dan pekerjaan. Biasanya ini menjadi salah satu sumber penderitaan manusia sekarang. Bagaimana menjalankan dan mendapatkan keduanya. Mengenai sumber penderitaan manusia, Epictetus menjelaskan,

“Yang membuat susah perasaan seseorang bukanlah sesuatu itu sendiri melainkan penilaian mereka tentang hal tersebut.”

5. Self healing dengan prinsip preventive.

Pada akhirnya yang membuat filosofi stoisisme ini memiliki manfaat yang besar adalah kedalaman ajarannya sendiri. Dengan demikian, tidak ada hal diluar kita yang bisa mencelakai, menyakiti kita.

Better to endure pain in an honorable manner than to seek joy in a shameful one.
(Lebih baik menahan rasa sakit dengan cara yang terhormat daripada mencari kegembiraan dengan cara yang memalukan)

Tentang Mager dan Rebahan

Kenapa kita harus banyak membaca? Karena dengan membaca kita menjelajahi banyak hal. Tidak terbatas ruang (tempat atau waktu). Termasuk pada saat saya ngedate bersama Sir Muhammad Iqbal semalam, yang mendorong untuk membaca ulang filsafat stoisisme lantas mengkorelasikannya dengan kehidupan kita sekarang. (Minimal punya legalitas keilmuan saat mager sedang melanda) wkwk alibi aja Sen!!

Tentang perjuangan kita melawan rasa mager atau punya passion rebahan (haha) ternyata ada sejarahnya, Ini kisah tentang kaisar besar Marcus Aurelius. Sebagai kaisar Imperium Romawi dari tahun 161-180 M, Aurelius adalah orang paling berkuasa di dunia, menjelaskan dalam salah satu bagian “Meditasi”, kumpulan tulisannya, bahwa dia sedang berjuang untuk bangkit dari tempat tidur. Dia pun berkata kepada dirinya sendiri,

“Aku bangun untuk melakukan pekerjaan seorang manusia. Lalu, mengapa aku begitu jengkel ketika aku keluar untuk melakukan hal yang ditakdirkan untukku dan merupakan alasan aku ada di dunia ini? Atau aku memang diciptakan untuk ini, berbaring di tempat tidur dan menghangatkan diri di balik selimut?”

Atau pernah di suatu pagi, dia memaksa dirinya bangun dan menjalani hari dengan menegaskan apa yang mungkin dia akan hadapi:

“Katakan kepada dirimu sendiri di awal hari, aku akan bertemu dengan orang-orang usil, tak tahu di untung, brutal, pengkhianat, pendengki, dan tidak ramah.”

Tapi tahu tidak? Mungkin ucapan ini nampak tidak berarti. Padahal, dulu atau sekarang hal-hal yang mungkin akan kita dan Aurelius hadapi sama saja, orang-orang menyebalkan di kantor, di kampus, di sekolah atau sesaat yang bertemu tidak sengaja di lampu merah.

Coba analisis menggunakan metode fenomenologi: dari nomena-nomena yang ada, terdapat eunomena bagaimana ia memusatkan perhatian pada semua kemungkinan negatif dan kesukaran-kesukaran yang mungkin ada, saya melihat sebuah point stoik sangat penting di sini. Mengapa mengingatkan diri prihal kesukaran bisa begitu bermanfaat?

Ancient Wisdom for Modern Life
(Kebijaksanaan Kuno untuk Kehidupan Modern)

Dalam prinsip hidup stoisisme, kita diajak untuk sepenuhnya menggunakan nalar. Emosi negatif lahir dari nalar yang kacau. Kenapa? Sebab pada dasarnya respon nalar dipicu oleh penilaian, opini, dan persepsi kita terhadap sesuatu. Kausalitasnya jika persepsi buruk, maka membuat emosi juga negatif.

A ROAD MAP FOR THE JOURNEY (Sebuah Tips Hidup Tenang)

Ada lima (5) metode stoik yang menentramkan guna menjalani kehidupan di dunia (versiku).

1. Don't worry
Jangan terlalu banyak khawatir. Lakukan apa yang bisa kita lakukan lalu titip dan serahkan semua urusan kita hanya kepada Tuhan.

2. Don't hate
Hati yang penuh dengan kebencian membuat hidup kita sempit. Tapi hati yang berlimpah kasih sayang, cinta itu menjadikan hidup kita lapang.  
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ 
Artinya, "Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan meyayangimu"

3. Give more
Banyak-banyaklah memberi, banyak-banyaklah beramal kebaikan sebab disana InsyaAllah kita temukan kebahagian.

4. Expectless
Berharap kepada manusia adalah patah hati yang disengaja. Misal kita mau berharap, ngarepnya sama Allah aja.

5. Live simply
Hidup dengan sederhana. Berdoa kepada Allah semoga kita diberi hati yang terus merasa cukup dengan apapun yang Allah rezeki kan.

Oleh: Sena Putri Safitri.

Tasikmalaya, 10 Februari 2021

You Might Also Like

0 Comments: