Yang Menawan, Yang Memprovokasi Pemikiran
Perjalanan setiap kita itu sifatnya rahasia. Kalaupun kita sama-sama berjalan, perjalananmu bukanlah perjalananku. Apakah setiap pejalan adalah pengembara? Barangkali iya, tentu juga tidak. Setiap hari kita melangkah hanya untuk nunggu giliran: kapan hari-hari indahku tiba? Kenapa hal-hal baik tak kunjung datang? Kenapa yang membahagiakan cepat sekali berubah?.
Pikiran-pikiran baru yang segar dan menggoda, sungguh aku sudah siap berkemas dan memasukan perbekalan. Kapan petualanganku kembali dimulai?. Sesulit apapun jangan membatalkan permohonan. Jangan jadi pemurung!
“Aku hanya ingin berbahagia”, menerus kau ucapkan. Tak jarang sesuatu yang sepele hadir dari ketakutan yang tak perlu. Kehilangan pekerjaan, putus cinta, kebutuhan rumah tangga, dan masih menjadi beban keluarga di usia yang sungguh tak lagi muda membuat banyak dari kita menjadi suka “ber-pergi-an”. Di satu sisi, hal ini membuat orang mendapati pelajaran, sisi lainnya membuat mereka tersesat dan sulit menemukan jalan keluar. Mereka menjadi pemilik pengalaman yang tidak menyenangkan. Berasa menghabiskan waktu dalam labirin belaka.
Jika kamu penasaran, apa yang bisa kita lakukan untuk menemukan kebahagiaan? Coba mulai memberi nama pada setiap kebahagiaan yang kita inginkan. Aku berbahagia setiap dialog bersama suamiku, maka aku lebih banyak menyimak dan mendengarnya. Berarti nama kebahagianku adalah berselancar membaca setiap isu terkini pada beranda handphone ku. Andai pasanganku membuka obrolan dengan topik apapun, aku tahu dan menikmatinya. Coba lakukan dengan caramu.
Alih-alih didekap kekhawatiran, hidup adalah serangkaian pilihan-pilihan dengan konsekuensi yang menunggu. Kamu takut patah hati, maka jangan sesekali niat jatuh cinta. Dalam rupa-rupa hidup yang paradoksial, semoga kamu mujur dicintai orang yang kamu cintai. Sebab kita punya keterampilan untuk menjalani kehidupan, sudah selayaknya menghargai hidupmu. Uang, kesenangan, spiritualitas, keluarga dan Mirota hanya hidangan pembuka, lalu apa dan dimana letak kebahagiaan sejati? Apakah aku sanggup meraih kebahagiaan sejati? Kebahagiaan yang acap kali menjadi ukuran atau mencerminkan kesejahtraan individual.
Bertahun-tahun bersama filsafat, saat kegetiran hidup mendera, para filsuf pun tidak cukup berhasil meyakinkanku bahwa semua baik-baik saja. Menurut Marcus Aurelius, kebahagiaan adalah keberuntungan yang diberikan para dewa zaman dulu, sayangnya tidak semua orang beruntung dalam kehidupannya. Di zaman ini, pemikiran mulai bergeser “kebahagiaan tidak hanya didapatkan tapi kebahagiaan juga diciptakan”. Dan saya bersama jutaan orang modern lainnya, sudah berusaha.
Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman penulis “Wisdom of Life” bilang bahwa kebahagiaan tidak hanya ada dalam diri kita tapi juga di luar sana. Atau lebih tepatnya, garis antara di luar sana dan di dalam sini tidaklah ditentukan setegas seperti yang kita kira. Banyak orang merasa bahwa mengutamakan yang di dalam lebih penting dari pada yang diluar dan yang lain berpikir bagian luar lebih harus didahulukan dari pada bagian dalam untuk kita bisa berbahagia. Padahal yang sebenarnya terjadi, kedua sisi ini berjalan bersama. Kita tidak bisa mendapat “di dalam sini”, kecuali kita mempunyai “di luar sana”. Dengan kata lain, dimana kita adalah sangat penting bagi siapa kita, untuk berbahagia.
Setelah ini semoga kamu sadar bahwa kita sudah terlalu lama hidup menggabungkan kebahagiaan dengan lingkungan, kebudayaan, niat, spiritualitas, geografi, dan moral-moral yang seolah ada. Moral membuat batasan seolah tidak boleh ada kebahagiaan dalam kemiskinan atau kedukaan. Menyimpan kebahagiaan seolah ada diatas atlas, kita bisa menemukannya jika kita memiliki peta.
Tahukah kamu bahwa saking seriusnya orang mencari kebahagiaan dengan barbagai cara, seorang professor Belanda bernama Ruut Veenhoven: Bapak Riset Kebahagiaan dia mengelola sesuatu yang disebut database kebahagiaan dunia (World Database of Happines - WDH). Ini bukan lelucon, Veenhoven telah mengumpulkan ilmu pengetahuan, lokasi, alasan, orang, dan hal-hal diluar sana yang bisa membuat orang bahagia. Jika memang ada, peta jalan kebahagiaan diluar sana: peta kebahagiaan, maka Veenhoven ingin mengetahui, membuat kompilasinya lalu menyebarkannya sehingga tidak ada lagi orang yang mati dengan alasan mencari kebahagiaan.
Selamat menyibukan diri dengan apa yang orang Prancis sebut, la chase au bonheur atau “Perburuan kebahagiaan”.
Yogyakarta, 21 Februari 2024


0 Comments: