Memecah Kebisuan

12/22/2020 10:57:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Mau kah kamu mendengarkan?

Aku tidak tahu mana yang paling menyakitkan; antara sekuat mungkin bertahan atau seikhlas mungkin melepaskan.

Kita telah menyelami kedalaman lalu terombang-ambing di permukaan. Kita telah terbang membelah awan lalu terhempas jauh dari ketinggian. Namun hal-hal yang kita pikir jawaban justru selalu menghasilkan lain pertanyaan. Bahkan, kita diam tanpa jawaban. Saat hati bertanya apakah mati rasa adalah sebuah perasaan atau akhir segala pengharapan?

Akhirnya kau duduk berduka dan membiarkan dirimu sebatang kara (lagi). Menutup mulut dengan linangan air mata karena merasa sudah terlalu banyak berbicara hingga percuma bersuara.

Tak ada kalah atau menang. Kau tidak lemah ataupun terbuang. Merelakan sungguh tidak semudah lisan.

Kejujuran menyelamatkan - Kau bilang "Ada atau tidak adanya kau itu tak berarti apa-apa". Menoreh luka, bahwa ternyata kehadiran ku tidak membantu mu apa-apa. Sekalimat menyakitkan.

Kejujuran menyelamatkan - menyelamatkan waktu kita. Kau bilang "Aku adalah tempat mu pulang" padahal kau tau aku benci tempat yang ramai. Sudah tak cukup tempat untuk ku disana. Kesendirian ku adalah untuk keselamatanmu.

Kau kembali bertanya dan terus bertanya berharap jatuh untuk kemudian menangis bersama-sama. Menerus mencari jawaban kesana kemari tapi tetap bungkam dan tentu tidak mengerti.
Larutlah!... dalam kerinduan tak bertuan.
Leburlah!... dalam kesedihan yang tidak beralasan.

Terakhir...

Silahkan abaikan ku lagi.
Sampai kau akan benar-benar mengerti,
bahwa pintu bisa terkunci dari dua sisi.

Tasikmalaya, 22 December 2020


You Might Also Like

0 Comments: