Titikberat 20+

12/03/2020 07:38:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Manusia... wajar merasa kalah selepas patah, padahal itu bukan masalah sebab semua dari kita terlanjur pernah. Begini...
Kadang sesuatu bisa tetiba pergi tanpa menyirat arti.
Merasa dikhianati padahal kita sendiri yang mengamini konsekuensi.
Yang paling buruk adalah menghitung beri, kita menganggap bahwa dengan begitu sakitmu bakal terobati.
Pula tentang hukuman (atau berniat dendam), ku kira itu bukan solusi. Bukannya bagi sesiapa saja yang hendak dewasa -kesadaran diri- adalah kunci?. Jadikan itu sebagai konsiderasi!.

Kebajikan sejati tidak memberimu kepuasan dengan membalas lawanmu secara pantas. Percayalah kau akan puas saat mampu mengatasi kewalahanmu atas kalkulasi masalah. Untuk apa menelusuri keadaan orang-orang yang pernah melemparimu dengan caci, memandangmu dengan sinis atau mencurigai setiap tindak-tundukmu di publik? Sayang... jangan terpicu benci! Aku menangis demi apapun yang bisa membuat mu sakit.

Kepada putri sulungnya, di suatu sore Bapak berpesan: "Teteh... Kapan hirup teh kudu malapah gedang" makna filosofisnya ialah hidup harus bertahap; perlahan; selesai dari satu menuju satu yang lain. (Al-Insyirah). Gedang dalam bahasa sunda berarti pepaya, secara teknis gedang yang tua lah yang jatuh masak duluan lalu pepaya muda menyusul matang. Dalam politik praksis kita mengenalnya dengan istilah 'konsolidasi'. Perlu kesabaran tapi sebagai siyasah itu ajib tenan, hingga saat  kau sudah bersiap terang kau tak perlu memadamkan sinar yang lain. Tidak menyakiti perasaan manusia lain.

Kita akan meraih, hanya dengan cara-cara yang benar. Kenakalan dan kekanakan akan berhenti hanya dalam hati.
Memilih dan menanggungnya dengan bijaksana pula pikiran-pikiran yang senantiasa terbuka. Ah! menyenangkan betul masa muda 'ada banyak hal yang kita pahami hanya saat kita sudah siap menerima dan tumbuh mendewasa.'
Misal pada suatu masa, kau jumpai ada orang yang berbohong, ikuti saja permainannya. Tak perlu mengkonfrontasinya, cukup tahu saja kadang jadi pilihan yang tepat. (Habis itu hempaskan! Wkwk) selera lha yak~

Tidakkah Tuhan begitu pemurah dengan memperpanjang jangka waktu kita di dunia? Menikmati isinya bersama orang-orang yang kita cintai pula mencintai kita apa adanya. Keberkahan tak terhingga.
Mencintai kemanusiaan di zaman yang menarifkan telinga dengan mahal hanya untuk mendengar, seakan jadi pekerjaan yang sukar dilakukan. Mulai sekarang coba biasakan diri untuk belajar memahami tidak cukup hanya mengerti.

Maukah kau bertahan? Apapun halangannya?

Welcome december; you are the last one, so be the best one.

Tasikmalaya, 3 Desember 2020

You Might Also Like

0 Comments: