Filosofi Pria (1)

7/17/2020 09:36:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Bertemunya seorang laki-laki tak peka dengan perempuan pendiam dalam suatu hubungan adalah bencana. Adalah kekeringan. Adalah gelombang pasang. Adalah abrasi. Adalah aku dan kamu.

Aku yang tak berbakat menerjemahkan keterdiaman. Aku yang terlalu lugu—merasa bahwa semua baik-baik saja. Aku yang punya keterampilan kurang memadai dalam mengerti apa yang ada di dalam hati.

Dan kamu yang batu. Patung tanpa ekspresi. Tak bersuara, bahkan untuk sekedar berucap ‘butuh’, atau ‘tidak’. Kamu yang diam-diam berair mata. Menangis dalam sunyi untuk menyembunyikan kesedihan, pesakitan sebab ucapan yang tak lagi didengar. Menyimpannya sendiri di tempat-tempat yang tak mungkin kutemui.

Karena aku laki-laki yang tak peka.
Yang tertawa bersama kawan-kawan tongkrongan saat kamu mungkin saja kesepian.
Yang terus melangkah saat kamu kelelahan dan tertinggal jauh di belakang.

Dari sini, laki-laki memang harus lebih merasa. Sebab perempuan tak bisa dipaksa bersuara.

Yogyakarta, 17 Juli 2020

You Might Also Like

0 Comments: