My Liberation Notes

6/01/2022 06:12:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


"Freedom is not a secret. It’s a practice."

Tadi malam, aku bermimpi jatuh!
Dikejar-kejar masa kecilku sendiri.
Waktu terjaga, Aku menemukan dua.
Lututku berdarah!

Ini mengingatkanku:
Suatu hari di usia sembilan belas tahun.
Dan satu tahun lalu sebelum sekarang.
Tubuhku jatuh tersandung bayanganku sendiri.

Ternyata Ibu ku benar;
"sesuatu tak mesti nyata untuk bisa melukai kita.”

Tidak mudah menerima kenyataan dirimu penuh lubang. Berapa besar kemungkinan lubang-lubang itu memberi tempat bagi burung-burung bersarang? Berapa besar kemungkinan kehadiran dirimu mengingatkanmu kepada ketidakhadiranmu?

Jika di suatu persimpangan, entah di mana, masa kecilmu duduk menangis karena tersesat, berapa besar kemungkinan kau masih mengenalinya? Berapa besar kemungkinan dia tidak bertambah sedih menyadari kau masa depannya? Berapa besar kemungkinan kau bisa tumbuh nan tangguh dari semua jawaban yang kau punya sekarang?

Tiga minggu kebelakang, Ana merasa banyak sekali melewatkan hal-hal yang (mungkin) sebenernya rugi jika ku lewatkan... Hal-hal kecil yang barangtentu menjadi "jeda" dari sekedar rutinitas kita sebagai manusia. Merasakan betul fungsi setiap indra dalam tubuh. Mempertebal sens of feel yang membedakan kita dengan artificial intelligence masa kini.

Ana selalu bekerja dan atau mengerjakan sesuatu menyesuaikan dengan waktu. Mengerjakan setiap pekerjaan tidak hanya tepat waktu tapi juga kadang sampai terburu-buru. Lebih cepat... Lebih cepat. Sialnya, gak cuma soal kerjaan! Ana merasa usia ini nyaris kehabisan waktu. (Gilssssss)

Mei, Ana tutup dengan membaca buku yang sungguh menggugah daya baca. The originals judulnya by Adam Grant. Buku yang berisi +-300 halaman tersebut Ana selesaikan 11 hari setiap sebelum tidur. Kemudian, ada satu moment yang (sekali lagi) baru ku sadari bahwa langkahku selalu cepat, semakin cepat dan fokus terhadap hal-hal yang ku genggam (responsibility) dan akan ku genggam berikutnya. Selalu seperti itu. (Mau deh sekali-kali jadi guling - lha kenapa guling si Seeenn!)

Moment yang Ana maksud itu tak lebih dari wangi aroma kopi yang ku seduh Senin pagi minggu lalu sebelum bekerja. Padahal biasanya juga begitu, tapi gak tahu kenapa pagi itu wangi aroma kopi yang khas seolah terapi yang menyadarkan saya, lalu menjadi bekal semangat menjalani hari sebagai manusia biasa.

Hal-hal yang ku tahu:

1. Thank you.

Ana mau berterima kasih kepada orang-orang yang sudah memberikan cinta dan kasihnya untuk ku. Di masa lalu, sekarang atau kalian yang selalu memilikinya tanpa pernah memberitahu ku. Thank you so much from the bottom of my heart. Ana juga minta maaf atas apapun yang tidak pernah terbalas. Satu dua nama muncul begitu saja di kepala.

Semoga kalian Tuhan limpahi banyak cinta 💝 Berbahagialah dengan panjang. Terima kasih telah hidup dengan sebaik yang bisa kamu lakukan.

Ada banyak rupa kiamat kecil. Kiamat tidak harus kerusakan alam, atau berakhirnya usia. Kadang ia berupa; Kebelet berak saat presentasi. Bertemu orang dijalan yang tidak mau kamu sapa. Atau kehilangan atensi dari seseorang yang pernah sangat dekat denganmu.

Dan kamu tahu - Hanya orang yang pernah kehilangan yang tahu rasanya kehilangan. Ada perasaan perih di dada kiri. Tapi ada yang lebih sesal dari pada kehilangan, yaitu berpisah dengan seseorang tanpa sempat dia membicarakan bagaimana perasaannya. (Meskipun bagiku, perpisahan enaknya ya sat set. Tapi ternyata tidak bagi seperempat manusia di bumi ini). Mereka lebih butuh banyak waktu. And it's okay dengan syarat perpisahan mu adalah perpisahan yang layak.

There’s a time you hurt someone you care about because you know what’s best for them and it’s not you. There are so many times in our lives that our hearts will break.

2. I love you.

Ku pikir setiap hubungan pasti punya konsekuensi yang sama. Katakanlah, komitmen. Sepasang, harus komit terhadap segala hal yang telah disepakati bersama sedari awal. Tidak boleh curang ataupun wanprestasi. Bagaimana jika itu terjadi? Pasti terjadi dalam hal-hal kecil atau yang lebih prinsipil. Jawabannya adalah, "atur-atur kalian aja lah enaknya gimana. Pake win-win solution."

Nyawa sebuah hubungan bagiku adalah keberpihakan. Berpihak hanya pada satu. Dari sanalah sepasang belajar prioritas membangun hubungan. Tidak bijak menurut ku hubungan yang di dalamnya terdapat intervensi yang lain. Bahkan keluarga. Sebab yang menjalankannya juga sepasang - kalo lebih dari Dua namanya jamaah. That's why, namanya Undang-undang Perkawinan, bukan Undang-undang kerja kelompok.

Apapun yang baik yang sedang kau cicil, disana juga Ridho ku bermuara. Apapun yang menjadi rintangan, berdua kita selesaikan. Dimanapun kelak kita tinggal, bersamamu saya bersemayam.

3. Yang kubaca

Dari perjalanan rumah tangga Chairil Anwar, kita bisa belajar bahwa rumah tangga bukan sebuah rumah logika tanpa logistik. Idealis boleh, asal jangan apatis. Apalagi sampai lupa kalau kebutuhan keluarga (anak dan atau istri) ndak bisa dipenuhi hanya lewat narasi-narasi di ruang hampa.

Appa Dan Guyonannya.

(Appa mau bilang begini nanti ke suami mu)

"Nak, mulai sekarang simpanlah foto istrimu di dompet. Dan setiap engkau bertemu dengan masalah di kehidupan setelah pernikahan ini, bukalah dompet dan lihatlah foto istrimu. InsyaAllah masalahmu akan terasa ringan."

"Hah? Kenapa begitu?" (Kutanggapi biasa aja)

"Seiring waktu, suami mu akan paham apa yang Appa bilang ni. Karena itu juga yang Appa lakukan dulu bahkan sampai sekarang. Masih menyimpan foto Mamahmu di dompet. Saat ada masalah besar melanda, misal kerjaan menumpuk, usaha (bisnis) gak berjalan, atau diamuk atasan, Appa langsung membuka dompet lalu melihat foto Mamahmu. Ajaib, setelah itu masalah Appa terasa ringan.

"Sebab?" (Ku tanya sedikit lebih penasaran)

"Karena bagi Appa tidak ada masalah yang lebih berat ketimbang dimusuhin orang yang ada di foto itu."

Gubraaaaakkkkk 🤣

Love and prayers,

Sena.

Tasikmalaya, 1 Juni 2022

You Might Also Like

0 Comments: