Bada Subuh

3/04/2020 05:48:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Di musim seperti ini
Musim dalam peti mati
Sempit, dingin dan sepi
Ada yang gugur dari mata hitamku
Mata pekat; kalap paling biadab

Aku sedang menyesal
Bukan lagi pada kesempatan, waktu atau pencapaian
Tapi pada setiap manusia yang mengucap lantang rasa suka
Ditengah usianya yang belum dewasa,
Tak berpikir panjang yang penting keinginan (bisa jadi) kemudian merusak
Tak sedikit pula belia yang seolah tahu segalanya.

Aku selalu menyesal terhadap laki-laki dan perempuan yang ia begitu mudah menitipkan suka-cinta nya padahal tidak ada rasionalitas ketika ditanya
Minimal "kenapa?" bukan "lantas bagaimana implikasi setelahnya?" Uuh memabukkan.
Perempuan dikatakannya ibarat laut yang menenggelamkan, atau laki-laki yang menerima banyak kasih sayang juga kepala buaya.

Padahal kau yang tidak tegap; sukar bertahan
Tahu diri! Itu yang sering orang abaikan
Selepas percaya diri yang begitu menjulang.
Pantas Rumi, berulang menegaskan "Pemuda mana yang akan selamat dari api cinta"
Bagiku pikiran!

Menjaga kita dari sebab-sebab paling jahanam
Karenanya, kita harus tahu jalan pikiran
Jika jalan pulang masih setajam pedang
Maka anggap saja perasaan mu hanya kata-kata 
Yang biasa ditulis perempuan dan laki-laki dewasa.

Yogyakarta, 4 Maret 2020

You Might Also Like

0 Comments: