Marriage Life 2 (The Alpha Wife)

6/10/2023 03:49:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Ada satu momen dalam hidup, ketika realitas lebih baik daripada apa yang dibayangkan. Ialah perkawinan ku.

Namun, entahlah semua diuji berdasarkan waktu. Satu yang pasti saat ini, Akmal ku yang menjadi suamiku, adalah pria yang cukup bisa membuat rutinitas keseharian perkawinan tak terasa seperti "pengorbanan patriarki yang menjemukan". Sebelumnya, aku tidak akan tahu sebelum aku mencobanya. 

Akan selalu ada godaan diluar rumah, manusia yang lebih rupawan, lebih mapan, lebih seksi, lebih berdaya pikat. Tapi itu tak seberapa dibandingkan dengan memiliki pasangan yang sejati. Rekan satu team di domestik maupun publik. Untuk segala kejutan dalam hidup. Ditengah beragam hasrat yang berbeda, ada banyak cara untuk menjadi feminim dan maskulin dalam arti masing-masing dirimu.

Ada banyak sekali hal yang bisa membuatmu berdebar. Hal-hal apapun itu, senantiasa berubah. Kita semua tahu, hidup terdiri dari sejumlah pilihan. Dan ini adalah pilihan ku. Sangat tak terbayang, bagaimana masa depan tanpa suamiku. Karibku.

Jika aku tidak salah ingat, Betty Friedan yang mengatakan "kita bisa memiliki semuanya tapi tak bersamaan". Artinya berangsur sembari bersyukur. Lalu, saat aku melihat kehidupan ku secara keselurahan, segala hal yang telah kulakukan, semua orang yang pernah hadir membersamaiku, semua kenikmatan dan kegetiran yang aku minta atau terpaksa aku terima, tak lain bahwa aku bisa sangat sibuk menjalani kehidupan dalam satu masa.
Now... I am SO. DAMN. LUCKY.

Barangkali orang-orang disekitar ku pernah melihat "noda" dalam kehidupan ku, maka aku percaya bahwa setiap kesulitan semakin menguatkan. Kita sudah sampai sejauh ini dan jangan sampai kehilangan apapun.

Coba tebak! Siapa yang sering terjebak dalam sesuatu? Rutinitas, cinta, karier, etc. Terjebak dalam bahasa atau perilaku yang sesuai harapan atau sebaliknya. Adalah perempuan.

Pernah tidak kamu merasa? Mengecilkan diri mu sendiri. Menjadi tak terlalu percaya diri, menjadi tak terlalu mengintimidasi, menjadi tak terlalu berbahaya, dan menjadi tak terlalu asertif. Bagi sebagian orang, terlebih perempuan barangkali begitulah yang terjadi dalam pernikahan. Banyak yang merasa bahwa seolah dengan begitu kita layak dinikahi. Padahal, percayalah menekan jati diri kita adalah perilaku klasik yang tidak sehat bagi kesehatan hubungan. Dampaknya jelas, bisa berujung kemarahan, bisa mencari pelampiasan. Yeah, orang dewasa menyebutnya asimilasi. 

Asimilasi berarti beradaptasi (serta berkompromi) acap selalu menjadi win-win solutions atau jalan tengah untuk bertahan hidup ditengah masyarakat bahkan hubungan personal. Keluarga, lawan jenis juga teman dan tetangga. 

Kamu, apapun kemalangan atau perasaan yang sepantasnya tidak hadir sekali pun harus menghargai hal tersebut. Serta hormati kehadiran mereka dengan validitas penerimaan. Tentu saja tujuannya adalah untuk kembali ke jati diri. Jangan berpura-pura menjadi orang lain hanya agar kamu dicintai, dinikahi. Meski konsekuensinya itu membuat orang-orang di sekitar mu tidak nyaman.

So, apa kalian sudah menemukan yang ku maksud? Kita bertugas mencarinya. Jati diri dalam semua relasi. Hubungan seksual, pekerjaan, kekeluargaan dan hubungan transendenmu dengan Tuhan.
Semakin kamu cari, semakin sulit kamu temukan... Dari suara-suara itu yang mana yang sebetulnya dirimu. I'll miss you!

Love, happiness and prayers,

Sena.

Yogyakarta, 10 Juni 2023

0 Comments: