KAFA'AH (Ikhtiar Kesepadanan Jodoh)

6/04/2022 03:46:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


"Apapun yang menjadi takdirmu, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk menemukanmu." - Ali bin Abi Thalib

Setiap dari kita adalah pemeran utama dalam film masing-masing. Dan setiap dari kita juga merupakan figuran bagi tiap-tiap kisah hidup orang lain. Kelak, orang lain akan memberi kesaksian pasca kematian kita, soal bagaimana hidup dihabiskan atau nilai-nilai hidup yang bagaimana yang sudah kita wariskan. Adakah? Apakah kita memerankan tokoh protagonis, antagonis atau tritagonis. Wallahualam bishawab. Saya jadi teringat mendiang salah satu guru bangsa, seorang cendekiawan muslim sekaligus agamawan Alm. Ahmad Syafii Maarif yang kita kenal dengan Buya Syafii Maarif. Alfatihah untuk beliau.

Konsep Kafa'ah

Pasti banyak pertanyaan di kepala kalian. Semacam, "Apasi sesungguhnya kafa'ah? Sepadan? Sekufu?", "Apakah hal demikian sifatnya dinamis atau tetap? Fakultatif atau mengikat?", "Apakah kesekufuan bisa di ikhtiar kan?".

Sepadan - artinya memiliki nilai (hidup) yang sama. Setara. Serasi, Sebanding dengan. Kesepadanan tidak ditentukan oleh suku, agama, kedudukan, pendidikan, kekayaan, status sosial, keturunan, bangsa, fisik dan sebagainya tapi pada "Khairunnas Anfa'uhum Linnas" (kemashlahatan, ketakwaan, menjadi anugrah seluas-luasnya di muka bumi sebagai khalifah). Pentingnya kesepadanan tak lain untuk menguatkan tauhid secara bersama-sama.
Sepasang - dimulai dari berdua bersama pasangan.

Empat perkara parameter memilih pasangan dalam islam:
1. Hartanya
2. Keturunannya
3. Parasnya
4. Agamanya

Hanya satu standar kafa'ah suami - istri yaitu sepadan yang dikehendaki oleh Allah. Tentu dari empat parameter diatas kita boleh memiliki karakteristik lain, katakanlah kecerdasan, keahlian, atau apapun nilai hidup sebagaimana selera dan standar mu. Catatannya, konsep sekufu manusia itu harus sejalan dengan sekufu menurut Allah. Sekufu yang ideal bagi setiap insan. "Menjadi versi terbaik diri masing-masing". Sepadan secara nilai; cara pandang, visi misi, serta cara hidup. Kesepadanan tidak diukur hanya dari kekayaan, pekerjaan, keturunan, rupa, iman, atau pendidikan. Sebagai contoh, nilai bagaimana menjadi manusia yang terdidik jauh melampaui pendidikan. Ini soal sikap - bagaimana kecerdasan membawa kita pada kebijaksanaan.

Begini:
- boleh kita ingin menikahi atau dinikahi oleh orang yang rupawan? Boleh. Dengan catatan dia harus baik dulu (berakhlak). Jika tidak, boleh jadi kelak dia akan berpaling dengan atau sebab parasnya.
- boleh kita ingin menikahi atau dinikahi oleh orang yang keturunannya ningrat atau mapan secara financial? Boleh. Asal, yang utama, dia harus baik dulu. Jika tidak, maka suatu saat mungkin dia mendapat dukungan untuk berbuat dzolim dari keturunannya dan harta yang membuatnya tidak memanusiakan mu sebagai perempuan - sebagai pasangan.

Nah, begitu juga untuk standar kesepadanan lainnya, semuanya boleh. Asal syaratnya, dia baik dulu. Agamawan yang baik - mereka yang tidak mungkin menindas menggunakan dalil-dalil agama (Ayatisasi). Melafalkan hafalan - lalu menerapkannya dalam konteks sehari-hari. Sholeh secara sosial, membawa spirit spiritual dalam laku keseharian. Pula, orang-orang yang berilmu lainnya, ilmu tidak menjamin adab yang baik dan adil. Baik itu = beradab. Ndak sedikit manusia berilmu yang culas, licik dan menipu.

Pernikahan yang kafa'ah

Pernikahan saya pikir tidak boleh melunturkan atau mencederai amanah kita sebagai khalifah fIl ard di muka bumi. Maka ketika perkawinan isinya mengganti tupoksi manusia, yang sejatinya "subjek" - subjek spiritual, subjek intelektual, subjek seksual kemudian beralih menjadi "objek" - objek seksual (perempuan dilihat sebagai alat pemuas; gairah), objek spiritual (taat yang membabi buta - diperbudak), objek intelektual (menjadikan perempuan sebagai tamu di ruang publik), objek fisik (menjadikan perempuan layaknya pajangan dan mesin reproduksi saja), berikut itu adalah pernikahan yang jahil! Naudzubillah.

Taat pada manusia itu tidak mutlak dan tetap. Kodrat manusia yang pertama itu hanya taat kepada Allah. Dengan konsep piramida: bagian atas yakni spiritual, sisi kiri adalah intelektual dan sisi kanan yaitu fisik. Jadilah manusia yang adil, sebab adil lebih dekat kepada takwa.

Pernikahan erat kaitannya dengan menjadikan perempuan sebagai hiasan. Perempuan harus cantik terus, muda terus, melahirkan banyak anak, serta menggairahkan. Demikianlah sejarah jahiliyah bangsa Arab dahulu. Padahal secara literal, tafsiran Ayat-ayat adil dalam Al-Quran tak lain adalah bermakna soal pemberdayaan perempuan. Konsep saling. Memiliki visi, misi, fondasi, yang sama untuk menjalankan sebaik-baiknya peran-peran kita sebagai manusia (perempuan dan laki-laki) di muka bumi.

Tujuan perkawinan dalam islam adalah untuk mendapatkan ketenangan jiwa, lahir dan batin bagi suami dan istri. (baca: suami dan istri. Bukan suami saja). Tercapainya sakinah - mawadah - warahmah bagi kalian berdua. Laki-laki dan perempuan. Bukan untuk mu, kebahagiaan laki-laki saja, tapi juga bukan bahagia milik perempuan doang.

Pilar pernikahan

Dalam menjalankan, merawat dan menjaga sakinah - mawadah - warahmah, kita perlu mendudukan diri bersama pasangan untuk berikhtiar mewujudkan kemashlahatan. Dengan prinsip:
1. Zawaj (ketenangan jiwa suami dan istri).
Dalam Al-Quran: Al Baqarah: 187, Ar Rum: 21.
2. Mitsaqan Ghalidlan (Janji kokoh; setia, komitmen).
Dalam Al-Quran: An Nisa: 21
3. Mu'asyarah Bil Maruf (Bergaul secara bermartabat - dengan akal dan moral).
Dalam Al-Quran: An Nisa: 19
4. Musyawarah (Tidak instruktif).
Dalam Al-Quran: Al-Baqarah: 233.
5. Taradlin (Saling ridho).
Dalam Al-Quran: Al-Baqarah: 233.

Ujung hidup kita tak lain ialah selalu berkaitan dengan proses. Sebuah ikhtiar. Bagimu laki-laki, bagiku perempuan. Mendapat jodoh, bergerak menyempurnakan akhlaq, meniscayakan musibah dan anugrah, menghendaki seluruh jalan ketentuan Tuhan.

Last but not least...

Dear Jodoh,

Konsiderasi untuk menentukan masa depan berdua, tidak terletak pada siapa ikut siapa, melainkan apa yang kemudian menjadi aspirasi hidup berdua, mana yang lebih konstruktif dan berpeluang, serta bagaimana cara yang paling strategis untuk berdua memperjuangkannya? Works as a unit. Saling berkolaborasi, saling berkontribusi di ruang domestik dan publik.

Perkawinan yang sekufu menurut ku adalah Tim yang teguh memegang komitmen yang kontinu ditengah gempuran dinamisasi. Perkawinan sama sekali bukan penghambaan. Jangan meng-iya-kan kesetaraan (kafa'ah) dalam ucapan tapi manipulatif dalam tindakan.

Kita tahu tidak ada manusia yang sempurna, begitu pun soal fantasi kebahagian dalam karier atau percintaan, kita kadang terlalu sibuk menghitung segala aspek yang melekat di diri pasangan, seberapa cocok dengan standar kualifikasi idealitas kita. Meski demikian, ana harap level cinta yang ku miliki ini tidak didorong oleh nafsu atau pun ego diri. Andai menjadi sepasang ialah misi kemanusiaan, maka yang akan selalu saya utamakan adalah tentang komitmen tanggung jawab serta perasaan cinta dan sayang yang berkepanjangan.

Konsep ideal, standarisasi, merupakan referensi citra materiil. Jangan sampai kita terjebak dalam penjara pikiran, hingga tidak sensitif pada hal-hal batin. Gagal mengenali diri sendiri, lantas gagal mengenali yang sejati. Jangan sampai begitu, kata Mbak Dewi.

Buat setiap anak muda yang hendak berjuang untuk pernikahan, baik yang sudah ada calonnya atau belum tetep semangat! Work in silence, sabar - ikhtiar lalu bertahan (setia) - "kalau uda jodoh gak akan kemana" itu undebatable. 😁 Bagi yang sudah menikah - semoga senantiasa samawa dunia akhirat 💝

Love and prayers,

Sena.

Tasikmalaya, 4 Juni 2022

0 Comments:

My Liberation Notes

6/01/2022 06:12:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


"Freedom is not a secret. It’s a practice."

Tadi malam, aku bermimpi jatuh!
Dikejar-kejar masa kecilku sendiri.
Waktu terjaga, Aku menemukan dua.
Lututku berdarah!

Ini mengingatkanku:
Suatu hari di usia sembilan belas tahun.
Dan satu tahun lalu sebelum sekarang.
Tubuhku jatuh tersandung bayanganku sendiri.

Ternyata Ibu ku benar;
"sesuatu tak mesti nyata untuk bisa melukai kita.”

Tidak mudah menerima kenyataan dirimu penuh lubang. Berapa besar kemungkinan lubang-lubang itu memberi tempat bagi burung-burung bersarang? Berapa besar kemungkinan kehadiran dirimu mengingatkanmu kepada ketidakhadiranmu?

Jika di suatu persimpangan, entah di mana, masa kecilmu duduk menangis karena tersesat, berapa besar kemungkinan kau masih mengenalinya? Berapa besar kemungkinan dia tidak bertambah sedih menyadari kau masa depannya? Berapa besar kemungkinan kau bisa tumbuh nan tangguh dari semua jawaban yang kau punya sekarang?

Tiga minggu kebelakang, Ana merasa banyak sekali melewatkan hal-hal yang (mungkin) sebenernya rugi jika ku lewatkan... Hal-hal kecil yang barangtentu menjadi "jeda" dari sekedar rutinitas kita sebagai manusia. Merasakan betul fungsi setiap indra dalam tubuh. Mempertebal sens of feel yang membedakan kita dengan artificial intelligence masa kini.

Ana selalu bekerja dan atau mengerjakan sesuatu menyesuaikan dengan waktu. Mengerjakan setiap pekerjaan tidak hanya tepat waktu tapi juga kadang sampai terburu-buru. Lebih cepat... Lebih cepat. Sialnya, gak cuma soal kerjaan! Ana merasa usia ini nyaris kehabisan waktu. (Gilssssss)

Mei, Ana tutup dengan membaca buku yang sungguh menggugah daya baca. The originals judulnya by Adam Grant. Buku yang berisi +-300 halaman tersebut Ana selesaikan 11 hari setiap sebelum tidur. Kemudian, ada satu moment yang (sekali lagi) baru ku sadari bahwa langkahku selalu cepat, semakin cepat dan fokus terhadap hal-hal yang ku genggam (responsibility) dan akan ku genggam berikutnya. Selalu seperti itu. (Mau deh sekali-kali jadi guling - lha kenapa guling si Seeenn!)

Moment yang Ana maksud itu tak lebih dari wangi aroma kopi yang ku seduh Senin pagi minggu lalu sebelum bekerja. Padahal biasanya juga begitu, tapi gak tahu kenapa pagi itu wangi aroma kopi yang khas seolah terapi yang menyadarkan saya, lalu menjadi bekal semangat menjalani hari sebagai manusia biasa.

Hal-hal yang ku tahu:

1. Thank you.

Ana mau berterima kasih kepada orang-orang yang sudah memberikan cinta dan kasihnya untuk ku. Di masa lalu, sekarang atau kalian yang selalu memilikinya tanpa pernah memberitahu ku. Thank you so much from the bottom of my heart. Ana juga minta maaf atas apapun yang tidak pernah terbalas. Satu dua nama muncul begitu saja di kepala.

Semoga kalian Tuhan limpahi banyak cinta 💝 Berbahagialah dengan panjang. Terima kasih telah hidup dengan sebaik yang bisa kamu lakukan.

Ada banyak rupa kiamat kecil. Kiamat tidak harus kerusakan alam, atau berakhirnya usia. Kadang ia berupa; Kebelet berak saat presentasi. Bertemu orang dijalan yang tidak mau kamu sapa. Atau kehilangan atensi dari seseorang yang pernah sangat dekat denganmu.

Dan kamu tahu - Hanya orang yang pernah kehilangan yang tahu rasanya kehilangan. Ada perasaan perih di dada kiri. Tapi ada yang lebih sesal dari pada kehilangan, yaitu berpisah dengan seseorang tanpa sempat dia membicarakan bagaimana perasaannya. (Meskipun bagiku, perpisahan enaknya ya sat set. Tapi ternyata tidak bagi seperempat manusia di bumi ini). Mereka lebih butuh banyak waktu. And it's okay dengan syarat perpisahan mu adalah perpisahan yang layak.

There’s a time you hurt someone you care about because you know what’s best for them and it’s not you. There are so many times in our lives that our hearts will break.

2. I love you.

Ku pikir setiap hubungan pasti punya konsekuensi yang sama. Katakanlah, komitmen. Sepasang, harus komit terhadap segala hal yang telah disepakati bersama sedari awal. Tidak boleh curang ataupun wanprestasi. Bagaimana jika itu terjadi? Pasti terjadi dalam hal-hal kecil atau yang lebih prinsipil. Jawabannya adalah, "atur-atur kalian aja lah enaknya gimana. Pake win-win solution."

Nyawa sebuah hubungan bagiku adalah keberpihakan. Berpihak hanya pada satu. Dari sanalah sepasang belajar prioritas membangun hubungan. Tidak bijak menurut ku hubungan yang di dalamnya terdapat intervensi yang lain. Bahkan keluarga. Sebab yang menjalankannya juga sepasang - kalo lebih dari Dua namanya jamaah. That's why, namanya Undang-undang Perkawinan, bukan Undang-undang kerja kelompok.

Apapun yang baik yang sedang kau cicil, disana juga Ridho ku bermuara. Apapun yang menjadi rintangan, berdua kita selesaikan. Dimanapun kelak kita tinggal, bersamamu saya bersemayam.

3. Yang kubaca

Dari perjalanan rumah tangga Chairil Anwar, kita bisa belajar bahwa rumah tangga bukan sebuah rumah logika tanpa logistik. Idealis boleh, asal jangan apatis. Apalagi sampai lupa kalau kebutuhan keluarga (anak dan atau istri) ndak bisa dipenuhi hanya lewat narasi-narasi di ruang hampa.

Appa Dan Guyonannya.

(Appa mau bilang begini nanti ke suami mu)

"Nak, mulai sekarang simpanlah foto istrimu di dompet. Dan setiap engkau bertemu dengan masalah di kehidupan setelah pernikahan ini, bukalah dompet dan lihatlah foto istrimu. InsyaAllah masalahmu akan terasa ringan."

"Hah? Kenapa begitu?" (Kutanggapi biasa aja)

"Seiring waktu, suami mu akan paham apa yang Appa bilang ni. Karena itu juga yang Appa lakukan dulu bahkan sampai sekarang. Masih menyimpan foto Mamahmu di dompet. Saat ada masalah besar melanda, misal kerjaan menumpuk, usaha (bisnis) gak berjalan, atau diamuk atasan, Appa langsung membuka dompet lalu melihat foto Mamahmu. Ajaib, setelah itu masalah Appa terasa ringan.

"Sebab?" (Ku tanya sedikit lebih penasaran)

"Karena bagi Appa tidak ada masalah yang lebih berat ketimbang dimusuhin orang yang ada di foto itu."

Gubraaaaakkkkk 🤣

Love and prayers,

Sena.

Tasikmalaya, 1 Juni 2022

0 Comments: