Slice of Life

4/20/2022 04:30:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments



"Apa yang membuatmu merasa penuh?"

Kapsul Waktu

Ana kalau ditanya begitu, tidak akan pernah bisa memberi jawaban pasti apalagi memuaskan rasa ingin tahu si penanya. Alasannya, mungkin sebab Ana ndak pernah "merasa kurang" dari dalam diri sendiri. (Merasa cukup. Sehingga tidak perlu mencari sesuatu di luar untuk merasa penuh). Ana selalu mencintai dan menghormati diri sendiri.

Namun, barangkali catatan kecil untuk orang-orang yang kerap bertanya "apa yang bisa membuat kita merasa penuh?" Adalah hujani dirimu dan orang lain dengan cinta. Cinta yang banyaak sekali. Mencintai dengan ketulusan itu tidak akan membuat kita kelelahan. Cinta yang murni membebaskan. Membebaskan dengan cara-cara yang mau dia terima.

"Mencintai orang lain atau pasangan berambut panjang atau botak, mencintai pasangan yang benci hujan, mencintai pasangan yang pendiam atau cerewet, mencintai pasangan yang tidak nyaman jika duduk berhadapan, mencintai pasangan yang sebelumnya sudah pernah berpisah tapi sekalipun tidak pernah melupakan mantan kekasihnya, mencintai pasangan yang kolot, norak atau hedonis, mencintai pasangan berstatus janda atau duda, mencintai pasangan yang merasa tenang saat ia mendengar petir padahal kamu sendiri ketakutan, bahkan mencintai pasangan yang belum (atau tidak memiliki rencana sekalipun)" - Itu berbeda dengan menyia-nyiakan hidup. Itulah kebebasan. Cintai semuanya. Gelap dan terang. Boleh juga sebagian. Hanya sebagian. Kau sungguh bebas mencintai sesiapa dan yang "bagaimana" saja dengan tetap mencintai konsekuensinya.

Cinta yang dewasa itu empati.

Misalkan begini, "Saya mencintai pria yang rupawan - sepaket dengan ketampanan si pria sebagai pasangannya akan banyak para puan yang juga mencintai hal yang sama dari dirinya. Maka maklumkan" atau "saya mencintai laki-laki yang perasa (melankolia), sepaket dengan sifat pekanya saya menanggung sensitifitas atau labil wataknya. Maka maklumkan."

Begitu juga kamu yang mencintai pasangan mu yang keren, yang asertif, yang cerdas, yang unggul, yang agamis, yang penyabar, yang elegant, yang berani - maka maklumkan. Karena itu pasti sepaket dengan.

Namun, meskipun begitu "Ana tidak akan memberikan cinta pada sembarang orang dan cinta yang disia-siakan. Setiap dari kita berdo'a pasti supaya cinta ini disyukuri - diberkati"

Terberkatilah orang-orang yang mencintai orang lain yang sedang merasa terjebak - walau ndak tahu terjebak dimana dan karena apa.

Ketahuilah, perasaan kosong, sepi, useless, semacam tak berarti... itu menyiksa. Amat menyiksa.

Waktu telah merenggut banyak hal dariku. Senada dengan itu, ia juga memberiku banyak hal baru. Tentu saja saya bersyukur dengannya; merasa penuh, sehat, tidak kesepian, kebahagian, keseharian yang terpenuhi, bersikap asertif, tidak haus akan atensi, mendalami bahasa baru, mengkhatamkan Al-Quran meski bukan bulan Ramadhan, serta semua hal yang mungkin sebagian dari kita berjuang mati-mati an hanya untuk mendapatkan satu dari sekian yang ku sebutkan tersebut.

So... don't worry, this pain you're feeling is temporary. Close your eyes and remember that tomorrow is a new day, a fresh start. Take deep breaths, you're gonna be alright, I promise.

Ambisi Dan Identitas

Ambisi dan identitas tak jarang orang pandang sebagai suatu hal yang perlu dijauhi (katakanlah; berbahaya - rakus). Saya mau mengistilahkannya semacam rivalitas. Lalu, saya tersadar bahwa wajar mengapa banyak orang melihat keduanya sebagai rivalitas, sebab nyatanya ketika kita membuka kembali literatur, pemikir Stoa Marcus Aurelius sekaligus Kaisar Romawi pernah menulis, “Nilai seorang manusia tidaklah lebih dari nilai ambisinya.” 

Terlepas readers sepakat atau menolak, tetiba batin Ana mengintrupsi dan bergumam, "Lho Sen! kamu taro dimana ambisi mu sekarang?" 🤣

Damn! Anw guysss... Sungguh Ana merindukan persaingan. Merindukan kompetisi. Tentu saja persaingan yang membuat Ana tumbuh. Kompetisi yang ibarat perang lalu berjuang untuk menang. Merindukan ambisi yang membuat Ana mendobrak limit diri sendiri. (Eventho, sejatinya persaingan ya dengan diri dan pikiran sendiri yak?) LOL

"Padahal dah bisa bertahan dengan bantuan diri Lo sendiri sejauh ini aja itu udah achievement, ngapain Lo bersaing ama diri sendiri lagi (bukannya kasih self-reward) - kalo mau bersaing ya ama orang lain lah!" Wkwk minimal kan grow upnya bareng ma rival eaaaaaaaakkk apasi di dunia ini yang tidak paradoks!

You knows... Bagiku, perasaan yang demikian itu (perasaan ketika ngambis) ialah perasaan yang mengagumkan!. Bagi orang lain, mungkin perasaan tersebut serupa perasaan jatuh cinta, murni berupa insting dan naluri manusia. Rindu tantangan yang berakar pada pikiran yang mencengkram (grasping mind). Rindu debaran. Huhu be like:

"Learn the rules like a pro, so you can break them like an artist."

Dari beragam akumulasi pendalaman rasa rindu itulah, Ana sadar bahwa ambisi dan identitas tak ayal melibatkan dua hal penting. Pertama, ia melibatkan dorongan dari dalam diri seseorang untuk mencapai sesuatu yang ia lihat berharga. Kedua, dorongan ini juga melibatkan kemampuan untuk terus berusaha, walaupun tantangan dan kegagalan kadang mewujud ancaman.

Apakah itu berlebihan? Ambisi yang saya lihat sebagai kebahagiaan dan Imortalitas. Ambisi yang saya gunakan untuk melawan banyak ketakutan. Ambisi yang sering membantu saya mengantisipasi ketidakbahagiaan. Ambisi yang mendidik saya menjadi manusia yang kompeten. Percaya diri tapi tak lupa sadar diri. Ambisi yang sepaket dengan kebaikan. Kebaikan mashlahat. Bukan ngambis yang culas - rakus (berakar untuk merusak). Jelas toh perbedaannya?! Atau ini hanya tentang pikiran saya?

Ambivers, meskipun saya tidak menafikan bahwa nampaknya lebih banyak manusia yang berambisi gila ketimbang yang berambisi mulia. Tapi, jangan menyerah atas kebahagiaanmu! Apapun itu. Rawat apa yang kau suka. Sekalipun dalam penderitaan. 🍀

Only Allah knows how much of a difference you are making, and only He can reward you for your generosity! Love and prayers from the one who knows nothing.

Gak kerasa! Akhirnya tiba di akhir tulisan. Sekalipun dalam pengerjaannya tulisan ini terselang banyak kegiatan; menyuapi adik bujangan ku yang sedang sakit tipes (Andra), memberi makan ikan dan burung, nyetrika baju, and many more. (Padahal sengaja tak tulis selesai WFH - tapi ada saja kerjaan)~ Thank you alias nuhun pokoknya 💌

May Allah bless,

Sena.

Tasikmalaya, 20 April 2022

You Might Also Like

0 Comments: