Ngobrolin Duid Sebelum Married? Tabu?
Perspektif setara dalam perencanaan keuangan rumah tangga adalah salah satu tulisan yang belum rampung saya kerjakan, selagi riset tulisan ini tersimpan rapi dalam draft blog sejak September tahun silam. Latar belakangnya ya mimpi-mimpi saya; baik sebagai perempuan dan sebagai (calon) Ibu tidak lepas dari perencanaan keuangan. Pun suami saya kelak, kewajiban domestik pernikahan tidak akan merenggut mimpi kami masing-masing - dan kami tentu saja dengan nyaman - saling support memvisualisasikannya.
Dari dulu sampai sekarang saya bersyukur sebab tidak tertarik (terjerembab secara buta) tentang trend nikah muda! Guys... Tapiiiii sebelum ke bahasan judul topik yang krusial, izinkan saya cerita sebentar. Hari ini saya melihat postingan pasangan influencer ambassador nikah muda di instagram yang sungguh menggelikan! Perhatikan caption di foto ini.
 |
| Foto saya dapat dari twitter, saya tak pake IG! |
Pertama, saya tidak tahu apakah ini bagian dari campaign suatu produk buat mereka iklankan apa gimana, yang pasti itu cringe banget! Ada yang masih ingat kasus kedua orang itu? Yang heboh bahas iler di comment IG? Nah itu. "Sayang kamu tadi ileran boboknya!" 🤮
Kedua, saya gak habis pikir kenapa mereka yang sudah menikah atau kalian yang doyan nyebar thirst trap, ketahanan kontennya tu gak jauh-jauh dari sak sek sak sek?! Why??? Jijik please!. Marriage isn’t all about sak sek dohh pay the billsss~ cringe banget!!!!
Setelah liat postingan tersebut saya mikir pasti sasaran empuknya ya mileneals yang pusing cooleyah, pekerja yang terjebak pandemi, teman-teman yang putus sekolah 😭 atau bisa jadi kalian jugak! :(
Sayang... cuma dalam film bahwa pernikahan tu happily ever after lalu the end, tamat berujung bahagia dengan memiliki banyak anak. Padahal dalam realitanya, pernikahan (yang dilakukan tanpa kesadaran pertimbangan persiapan yang matang) tentu bukanlah sebuah jawaban masalah kuliah, kerjaan atau kesendirian kita. Menciptakan masalah baru yang ada.
Disclaimer: Saya juga begitu respek sama pasangan muda yang berani nikah muda (bukan usia anak dibawah umur) dengan tetap konsisten, bertanggung jawab dan TIDAK MENGUMBAR DRAMA PERKAWINAN KE PUBLIK.
Pernikahan adalah sebuah keputusan hidup maha besar. As we know, butuh Asas dasar ndak cuma cinta dan hati saja, perlu kematangan jiwa raga, kecerdasan spiritual, emosional dan ilmu yang cukup sebagai bekal hdup setelah akad, kesadaran untuk memupuk mimpi-mimpi jangka panjang baik personal maupun pasangan, serta meleburkan misi hidup berdua sebagai kawan sehidup sesurga. (Aamiin)
Prita Ghozie seorang perencana keuangan, pembicara dan penulis dalam bukunya Make It Happen dan buku Money Smart Parent menjelaskan, ada beberapa pertanyaan yang wajib ditanyakan ke pasangan seputar financial sebelum menikah. Apa ajasi?
1. What is money to you? Then, Apakah uang itu sumber kebahagian atau sumber kecemasan?
Kenapa ini penting? Karena contohnya misal gini, biasanya ngomongin gaji atau pendapatan itu jadi hal yang sangat sensitif. Ndak sedikit orang yang jika gajinya lebih kecil dari pada orang lain justru dia jadi defensive, artinya kalo lagi ngobrol jadi gak Produktif diskusinya. Contohnya, "Kalo gaji aku kecil emang km gamau sama aku?" PADAHAL BUKAN ITU INTI BAHASANYA, gaji itu bisa jadi kecemasan atau kebahagian. Nah penting bagi kita untuk punya partner hidup yang tidak menganggap uang adalah segalanya.
2. Nanti kalo sudah berumah tangga gimana pembagian nafkahnya? Apakah suami saja yang harus bertanggung jawab menafkahi atau boleh tidak jika istrinya kerja atau gimana kiranya?
3. Siapa yang menjadi menejer keuangan keluarga? Gak mesti perempuan jika laki-laki lebih dirasa lebi cakap ya bagus. Karena banyak dari kita yang merasa menejer padahal kita kasir. Tukang bayar.
4. Bagaimana membagi uang ke keluarga besar? Harus juga jadi bahan obrolan, sebab menikah itu kita tidak hanya mencintai pasangan tapi menikahi keluarganya juga.
5. Punya utang apa nggak? Nih ini yang paling pentiiing untuk ditanyain kepada pasangan sebelum menikah, biar kalo udah nikah gak terlalu banyak surprise!. Inget gak setiap kondisi manusia itu bisa menerima kejutan Wkkw bagaimana pasangan melihat utang juga harus dibahas. Kita harus sebisa mungkin menghindari kegiatan utang piutang. Dan misal punya utang sebelum menikah yo ndak papa nanti focus obrolannya gimana cara handle lunasin hal tersebut setelah menikah. Saya mau tambahkan satu point yang menurut saya penting juga diketahui yaitu,
6. Jangan membanding-bandingkan penghasilan kita dengan pasangan, karena berapa pun pendapatan yang kita punya dalam rumah tangga syukuri! (Menerima keberkahan rezeki berapa pun angkanya, dengan tetap ikhtiar untuk mendapatkan rezeki berikutnya). Rezeki itu akan sangat terbuka lebar saat kita menerima dan lebih mendoakan rezeki pasangan kita dalam segala hal. Coba aja.
Banyak cara manusia merawat hubungan; dengan cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, kesetiaan, hadiah dan satu yang tak kalah penting yaitu uang. Betul!... uang memang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang. Jangankan nikah, poop aja butuh uang.
Saya melihat uang sebagai motor kehidupan untuk bergerak menggapai cita-cita bersama (dalam keluarga) menjalani hidup untuk tumbuh sejauh-jauhnya.
Sebagai anak saya melihat bingkai pernikahan orangtua, sebagai teman dan sahabat saya melihat perjalanan pernikahan mereka, sebagai siswa saya mengadopsi nilai-nailai baik dari para guru dan sebagai mustamik saya mencontoh para alim ulama.
Setelah menikah, kesehatan finansial menjadi hal yang esensial dalam kesehatan rumah tangga. Ngomongin duit sebelum married masih menjadi bahasan yang cukup tabu di kalangan pasangan muda. Takut dikira controlling lah, dicap matre lah, lancang lah, dll. Padahal komunikasi; diskusi, ngobrol, apapun bentuknya adalah nyawa suatu hubungan. Maka pembicaraan mengenai uang, rencana dan mimpi harus sering-sering dilakukan bersama pasangan agar tidak bodoh-bodoh amat kitanya. Dan jauh dari perasaan "kok gw kek beli kucing dalam kating!" (Abis nikah nyesel). Naudzubillah.
Misalnya saya, peran saya sekarang masih sebagai anak, pekerja dan teman. Sehingga perencanaan keuangan pribadi masuk dalam lingkup lingkaran itu saja, seperti: liburan keluarga atau jalan bareng temen, membantu orangtua dan adik semampunya, self-reward, dan nabung demi keberlangsungan hidup kedepan. Nah... Pasca menikah peran saya akan menjadi ganda pemirsa, menjadi istri dan seorang ibu (ingat bahwa memiliki anak adalah sebuah pilihan perempuan bukan kewajiban perempuan). Universe-nya jadi lebih luas dan dalam bukan? sehingga makna uang dan perencanaannya lebih kompleks dari sebelumnya.
Saya tidak tahu akan beradaptasi berapa lama dalam proses transisi tersebut. Perubahan peran ganda apalagi hidup sebagai generasi sandwich! Semoga kita selamat. Saya yakin setiap orang memiliki money personality yang berbeda. Tuh kan penting juga mengetahui kita ini money personality seperti apa? Atau justru baru tahu apa itu money personality? Gpp sama-sama belajar.
Sedikit saya pelajari, money personality berbicara tentang apakah kamu seorang security seeker, big spender, spontaneous, atau planner dalam mengelola keuangan. Tidak ada yang salah dan benar, tapi dengan saling paham maka perencanaan keuangan dan juga perencanaan lain dalam kehidupan akan semakin selaras dan setara. Tidak mendidik kita menjadi pasangan yang abusive. Sebagai contoh, saya security seeker banget tapi pasangan saya Mas Kyung Soo big spender. Walaupun itu sulit dan butuh penyesuaian, kita harus tahu mengalokasikannya gimana. Cari win-win solution.
Karena saya belum pernah menikah, jadi saya menulis ini dari pandangan awam bagaimana saya melihat, mendengar dan mencoba menyelami realitas sekitar dikompilasikan dengan sedikit ilmu pengetahuan. Hehe memiliki pasangan atau tidak itu tidak menegasikan keilmuan yak! (Penegasan kembali, soalnya pernah diremehin "Alah! Kamu aja belum pernah pacaran, tahu apa kamu tentang hubungan dan cinta!") Wkwk Dengan sejuta perbedaan yang ada, dalam berumah tangga perbedaan cara pandang itu lumrah, masalah gak usah dicari nanti beruntun datang sendiri. Percaya banget si Ana 😂
Tapi, andai ditanya kira-kira bagaimana bayangan saya tentang pernikahan? Ya gender equal (kompromi) sebagai prinsip bersama dengan tetap berlimpah rasa cinta, taat dan hormat. Saling - tidak disenangkan hanya sendiri.
Saya mau, kami nanti mengintegrasikan sistem metriks-metriks pengukuran kinerja di dalam karier masing-masing dalam berumah tangga. Rasional-realistis-ideologis. Karena besar kemungkinan pernikahan tidak akan memutus karier saya sebagai scholar perempuan.
Saya mau, kami menetapkan tujuan rumah tangga bersama dan pribadi dengan KPI (Key Performance Index) dan OKR (Objective Key Result).
Saya mau, kami melakukan brainstorming, follow up, meeting secara berkala yang terjadwalkan dalam kalender. Rutin. Menurunkan mimpi jangka panjang dalam perencanaan sehari-hari dan dapat diukur seperti punya rumah, kendaraan, pendidikan anak, liburan keluarga juga pengembangan diri masing-masing. Prinsip saya adalah,
Berkolaborasi menjemput rezeki. Tentu misal Mas pasangan sudah mapan sukur-sukur kaya raya sampe berak duid yo tidak akan saya tolak! Saya percaya dua roda (suami-istri) sebagai penggerak laju (perekonomian) keluarga lebih bisa berimbang dan cepat daripada hanya satu roda saja yang dipakai.
Tahu gakkk?? Saya sudah persiapkan semacam file growth track yang tersimpan dalam google drive yang kedepannya bisa diakses pasangan saya. Diharapkan, disitulah data-data pengelolaan keuangan kami tersimpan. Tidak hanya itu terdapat file excel dengan sheet yang sudah ada judul masing-masing. Seperti Jurnal evaluasi keluarga, target, capaian, tantangan dan jurnal keuangan.
Saya mau, kami menjadi tipe yang sama-sama saling terbuka pendapatan masing-masing. Bukan untuk controlling abusive melarang ini itu satu sama lain, tapi Asas keterbukaan apalagi prihal financial (bahkan bagaimana pasangan melihat hutang) sangat penting. Jangan sampai saya menjadi istri yang hanya menerima jadi padahal suami ngutang misalnya tanpa saya tahu problematika apa yang sedang beliau hadapi dengan alasan tidak mau membebani istri.
Tentu hidup perlu seimbang, berpikir jauh ke depan juga menikmati hari ini. Dengan transparansi yang saya mau kami lakukan, kami tak lupa mengalokasikan pendapatan masing-masing sebagai “dana bebas” dan "dana darurat". Dah ngerti lha yak tentang dua fungsi dana tersebut. Buat hobby, ngopi, jajan, sakit, bencana (like a pandemics), dll. (Berbeda dengan sedekah yang masuk dalam kewajiban tiap sumber keuangan kami). Jangan lupa tetap diinput ke Jurnal evaluasi dan keuangan tadi untuk direview kembali dan mengatur strategi kemudian. Kalo bablas yo bahaya! Menumbuhkan habit invest sejak dini harusnya bukan jajan sejak Janin :')
HAHAHA SERU KALI LHO BERANDAI-ANDAI! PASANGANNYA TOLONG...
Saya tentu senang dilibatkan setara seperti imaji saya diatas dalam keputusan-keputusan berumah tangga. Saya juga senang punya kewajiban yang bisa saya tunaikan dan usahakan untuk membantu suami sebagai partner kehidupan. Saya merasa berdaya dalam membangun keluarga bersama pasangan.
Bahwa perempuan tidak boleh tidak punya daya, sebab data dari KOMNAS PEREMPUAN menunjukkan dalam 61% kasus perceraian, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), perempuan sering kali menjadi korban sebab tak punya kuasa atas arus perekonomian. Ketimpangan ekonomi bisa jadi akar penindasan terhadap perempuan. Toh kuasanya sedari awal sudah direnggut budaya patriarki yang hidup dalam pandangan masyarakat. Sebabnya, tebalkan power mu untuk bekerja sama dengan laki-laki dalam menjalankan relasi domestik dan publik pula dalam rumah tangga. Apalagi kalo bisa membuka kesempatan memberdayakan perempuan lain untuk bekerja dan berkarya ✨
Karena saya sadar, sebagai perempuan yang seringkali tenggelam antar peran dalam kehidupan, penting untuk terus melahirkan mimpi baru atau menjaga mimpi tetap hidup setelah pernikahan. Karena bagi saya, hidup adalah usaha untuk bisa terus mencukupkan batin, berusaha bertumbuh baik keluar dan ke dalam, serta bermanfaat terhadap sesama. Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) sebagai landasan dan tujuan.
Semoga Tuhan hadiahi saya sosok pria yang adil menggunakan otak dan hatinya, menjalankan fungsinya sebagai manusia dengan sebaik-baiknya 💌
Sampai suatu saat dengan penuh syukur saya katakan, "Damn, I still don’t think I deserve this guy. What did I do in the previous life to be this lucky?
Tasikmalaya, 6 Oktober 2021
0 Comments: