Filosofi Perempuan (13)
Ketahuilah, perempuan itu berjuang untuk menguasai kerasnya pasangan dengan lebih banyak mengalah. Baginya mengalah adalah bagaimana mengelola 'kewenangan' dengan boleh jadi memenangkan sikap dan argumentasi pasangan. Bukan lantas sok bijaksana, tepatnya lebih kepada bagaimana cara puan menghormati pasangan.
Ibu ku bilang, "kamu boleh marah terhadap pasangan mu (suami mu kelak) tapi gimana caranya kamu marah sedang hormatmu tak hilang. Kamu boleh murka tapi murka mu tidak menegasikan posisi dan peran suami selaku kepala keluarga. Berlaku sebaliknya." Sampai mati, saya berupaya tidak hanya akan mengingat pesan mahal tersebut tapi sedikit demi sedikit dipraktekan. Dilakukan. Jangan mudah pergi. Jangan mudah pergi.
Yang paling membuat ku terkesan, Appa menimpa obrolan kami di dapur waktu itu sambil menyimpan piring kosong usai makan, "Memenangkan dengan cara yang santun, lembut namun mematikan keegoisan." Mengucapnya dalam bahasa Sunda jauh lebih nyeredet kena hati. Kurang lebih begitu kalau di Bahasa Indonesia kan.
Di balik keberanian puan memilih mengalah, dia kirimkan pesan bahwa kualitas hubungan tidak berdasar pada kemampuan menguasai hati pasangan dengan kuat-kuatan arogansi. Namun, kesanggupan melembutkan hati dengan cinta. Agak melankolis yaa~ tapi misal gapercaya coba aja.
Perempuan bukannya tak sanggup melawan; kami punya banyak pisau dalam diri untuk membedah dan memilih berontak tanpa rasa keberpihakan, tapi buat apa? Bukannya justru akan menjadi jalan terpendek menuju kehancuran. Andai pun menang dengan cara demikian tetap ada penyesalan karena sudah menyakiti seseorang yang dicintai dan kasihi. Perasaan menyesal ini kelak menjadi piutang yang paling membebani kedalaman pikiran. Gapercaya? Jangan dicoba. Pahami aja.
Maka dari itu, perempuan membiasakan diri menguasai dirinya. Menguasai diri adalah menjaga stabilitas hubungan yang rasional dan memupuk cinta bagi keduanya. Mengalah itu salah satu keterampilan yang mesti dikuasai meskipun berat. Sebab ia berkeyakinan, sekeras-kerasnya pasangan tetaplah menyisakan satu celah untuk dimasuki kelembutan cinta.
Saat sudah didalamnya, rasa lembut itulah yang akan menjadi pedoman pasangan untuk paham betapa beruntungnya memiliki perempuan yang menyediakan ruang kekalahan untuk memenangkan egoisme pria.
Saling bekerja-sama, jauh berpotensi menang bukan ketimbang bekerja lelah, hancur lalu sendirian~
Tasikmalaya, 27 Mei 2021


0 Comments: