Filosofi Perempuan (13)

5/27/2021 05:37:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments

 

Ketahuilah, perempuan itu berjuang untuk menguasai kerasnya pasangan dengan lebih banyak mengalah. Baginya mengalah adalah bagaimana mengelola 'kewenangan' dengan boleh jadi memenangkan sikap dan argumentasi pasangan. Bukan lantas sok bijaksana, tepatnya lebih kepada bagaimana cara puan menghormati pasangan.

Ibu ku bilang, "kamu boleh marah terhadap pasangan mu (suami mu kelak) tapi gimana caranya kamu marah sedang hormatmu tak hilang. Kamu boleh murka tapi murka mu tidak menegasikan posisi dan peran suami selaku kepala keluarga. Berlaku sebaliknya." Sampai mati, saya berupaya tidak hanya akan mengingat pesan mahal tersebut tapi sedikit demi sedikit dipraktekan. Dilakukan. Jangan mudah pergi. Jangan mudah pergi.

Yang paling membuat ku terkesan, Appa menimpa obrolan kami di dapur waktu itu sambil menyimpan piring kosong usai makan, "Memenangkan dengan cara yang santun, lembut namun mematikan keegoisan." Mengucapnya dalam bahasa Sunda jauh lebih nyeredet kena hati. Kurang lebih begitu kalau di Bahasa Indonesia kan.

Di balik keberanian puan memilih mengalah, dia kirimkan pesan bahwa kualitas hubungan tidak berdasar pada kemampuan menguasai hati pasangan dengan kuat-kuatan arogansi. Namun, kesanggupan melembutkan hati dengan cinta. Agak melankolis yaa~ tapi misal gapercaya coba aja.

Perempuan bukannya tak sanggup melawan; kami punya banyak pisau dalam diri untuk membedah dan memilih berontak tanpa rasa keberpihakan, tapi buat apa? Bukannya justru akan menjadi jalan terpendek menuju kehancuran. Andai pun menang dengan cara demikian tetap ada penyesalan karena sudah menyakiti seseorang yang dicintai dan kasihi. Perasaan menyesal ini kelak menjadi piutang yang paling membebani kedalaman pikiran. Gapercaya? Jangan dicoba. Pahami aja.

Maka dari itu, perempuan membiasakan diri menguasai dirinya. Menguasai diri adalah menjaga stabilitas hubungan yang rasional dan memupuk cinta bagi keduanya. Mengalah itu salah satu keterampilan yang mesti dikuasai meskipun berat. Sebab ia berkeyakinan, sekeras-kerasnya pasangan tetaplah menyisakan satu celah untuk dimasuki kelembutan cinta.

Saat sudah didalamnya, rasa lembut itulah yang akan menjadi pedoman pasangan untuk paham betapa beruntungnya memiliki perempuan yang menyediakan ruang kekalahan untuk memenangkan egoisme pria.

Saling bekerja-sama, jauh berpotensi menang bukan ketimbang bekerja lelah, hancur lalu sendirian~

Tasikmalaya, 27 Mei 2021

0 Comments:

The Moon

5/26/2021 12:39:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Barangkali,
Setiap "aku mencintai mu"
Tidak pernah bisa lebih
Dari "aku meminta maaf"
I hope you heal from the things you don’t talk about.
And that’s why you can only cut and polish diamond with diamond.
I love you!

Tasikmalaya, 26 Mei 2021

0 Comments:

Filosofi Perempuan (12)

5/17/2021 09:41:00 PM Sena Putri Safitri 2 Comments


Dear... Every single man.

Pernikahan.
Pernikahan akan membuatmu mengenal perempuan lebih dari apa yang kamu sangka. Kamu akan mengenal kekhawatirannya dan mengapa itu terjadi. Kamu akan berhenti menilainya lemah setelah melihat bagaimana ia bekerja setiap hari. Kamu akan semakin mencintai ibumu, seketika kamu melihat betapa berat perjuangannya ketika mengandung dan melahirkan anakmu.

Pernikahan akan mengajarkanmu tentang perempuan. Setelah selama ini kamu hanya mengenalnya dari mata, kata, dan dari buku-buku mutakhir terpercaya yang kamu baca. Perempuan lebih kompleks dari sekedar yang kamu lihat di aku hari ini dan kamu akan mempelajarinya setiap hari. Ya! Ambil waktu dan mulai membaca ku. Kamu akan belajar tentang air mata yang tidak melulu bermakna sedih sebab para puan memang mudah menangis untuk hal-hal yang menyentuh hati. Kebahagiaan pula kesedihan.

Pernikahan akan membuat pria mengerti bahwa keberadaan kami mampu membuatmu memiliki energi yang banyak sekali, berkali lipat lebih besar dari sebelumnya. Sesuatu yang tidak kamu dapatkan dari hubungan-hubungan dengan perempuan sebelum ku. Atau sebelum perempuan yang membersamai mu kini.

Pernikahan juga akan membuatmu mengerti bahwa cintamu kepadanya mungkin tidak akan pernah bisa sebesarnya cintanya kepadamu. Dengan segala kerendahan hati, kamu mungkin perlu mengakui itu. Dan untuknya, sudah seharusnya kamu bersyukur. Harus pandai bersyukur. Atas istri mu. Atas anak-anak yang lahir dari rahim istri mu.

Pernikahan membuat sepasang belajar memaknai dan menjalankan apa itu kata "c-u-k-u-p".

Senantiasa sehat, bermanfaat, cerdas dan trengginas wahai para puan! Semoga Tuhan hanya beri pilihan-pilihan terbaik 🥂

Sudah beberapa buku aku rampungkan, namun buku nikah belum mau aku dapatkan! 😁
#selamatharibukunasional

Seperti halnya buku, hidupmu layak untuk dibaca.

Tasikmalaya, 17 Mei 2021

2 Comments:

When The World Sleeps

5/14/2021 04:48:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Mine
Sometimes when the world sleeps, I'll feel a gentle tug in my heart, persuading me to fight the comforts of slumber so that I can stand in silence, in prayer.

As the world sleeps, waking up can be such a daunting test. But, if I overcome it I know I'll be the ultimate winner as I get to be close to my creator. 

When the world sleeps, I'll quietly tip-two in excitement and delirious from the potential that this new day might bring I'll kickstarter it first with a trusted a morning routine. And at the top of that list is to mindful clean;

First the skin, then the body, and then the mind and then making sure my home shines. And with fresh ambition that only comes in the early morning I'll than be more than ready to start on my daily grind.

So, when the world sleeps...
I'm grateful that He has allowed me to have a head start. I'll serve, work, play, and write. And during the sacred early hours when nothing and nobody interrupts. I'm happiest, calmest, and most grateful-est. Alhamdulillah!.

Grateful to have been able to fight the templation to not hide under the covers. Grateful to have chosen myself and to rise up. So that I can actually work on my dreams instead of just dreaming along as the world sleeps.

Rasulullah SAW said,
"O Allah, bless my nation in their early morning."
 
However at another times,
Just because I don't wake up in the morning it doesn't mean like I don't work at night.

Tasikmalaya, 1 Syawal 1442 H

0 Comments:

Tak Ada Jarak Untuk Perempuan dan Tuhan

5/06/2021 08:13:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments



Di Ramadhan yang nyaris habis, saya mencoba istiqomah mengkhatamkan beberapa buku. Sebagian sudah selesai, sebagian yang lain masih otewe. Tapii, jangan terlalu berbaik sangka dulu setelah mengkhatamkan drakor Mas Vincenzo yang bikin hidup jadi berwarna saya juga berencana melanjut Law School yang tak kalah nambah adrenaline 🤣 istiqomah berat bund yang enak cuma istirahat~

Syukurlah, di penghujung Ramadhan ini saya bisa mengkhatamkan tiga buku, salah satunya adalah catatan tentang sufi agung yang namanya melalang buana di seluruh penjuru dunia, Jalaluddin Rumi. 

Rumi memanglah populer, namanya menjadi perbincangan masyarakat dunia tak lekang identitas, baik di masyarakat Barat (Amerika, Eropa, dll) juga di Timur. 

Membicarakan syair-syair Rumi adalah membicarakan tentang konsep tunggalnya, tentang cinta. Bukan, bukan hanya soal cinta kepada manusia, melainkan cinta kepada seluruh entitas kehidupan sebagai pancaran dari hikmah Tuhan. Karena sejatinya hakekat Tuhan terejawantahkan pada setiap makhluk-Nya.

Buku ini ditulis oleh Afifah Ahmad salah satu penulis keren perempuan. Syair-syair Rumi diurai begitu apik, dengan menggabungkan beberapa perspektif modern yang relevan. Syair-syair Rumi diajak untuk berkelana hingga menemukan konteksnya. Ia tak lagi berupa rangkaian kata-kata yang ada di dalam teks-teks bisu, namun ia bergerak melintasi batas-batas spiritualitas.

Di awal catatan, penulis membawa pembacanya untuk terlebih dahulu menelusuri konsep utama yang hendak disampaikan Rumi, yaitu tentang cinta dan manusia.

Barulah kemudian pembaca diajak untuk lebih luas lagi memahami bait demi bait syair Rumi yang juga membicarakan kesetaraan perempuan, teosofi kesetaraan, etika sosial, perdamaian, hingga perjalanan spiritual Rumi bersama karya-karya sufi lainnya dalam perjalanan sufistiknya. 

Siyaha dalam Tradisi Sufi

Saya membayangkan perjalanan penulis dalam merangkai buku ini sungguhlah bermakna spiritual. Saya senang menyebutnya dengan istilah siyaha. (Saya sepakat dengan mbak Maria tentang konsep Siyaha)

Penulis menulis catatan ini langsung dari bumi Persia. Tak ayal kemampuannya membaca bahasa Persia menjadi satu kekuatan penting, di mana ia bisa langsung merujuk kepada sumber primer yg tak lagi perlu perantara. Perempuan cerdas nan bermanfaat. Otentik dan pandai membaca kebutuhan zaman tanpa mengabaikan orisinalitas keilmuan dan sejarah.

Siyaha dalam tradisi sufi bisa diartikan sebagai suatu perjalanan spiritual, perjalanan yang dilakukan dengan berguru, mencari hakekat kehidupan, hakekat Tuhan melalui pergerakan-pergerakan batin yang sangat intim.

Siyāha biasa dilakukan dengan pengembaraan ke berbagai wilayah yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan. Praktek ini dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan perjalanan spiritualitas bagi para salik untuk mencapai derajat tertentu.

Siyaha yang dilakukan penulis mengingatkan saya akan tradisi siyaha yang juga banyak dilakukan oleh sufi-sufi perempuan zaman dahulu. Dan sekarang saya menemukannya dalam profil Afifah yang selalu haus akan pengetahuan-pengetahuan baru khususnya dalam memahami perjalanan spiritual dan intelektual.

Salah satu sufi perempuan yang gemar melakukan siyaha adalah Fatimah al Nishapur (d. 223/838). Ia dikenal sebagai sufi perempuan yang paling masyhur di Khurasan yang hidup pada abad 9 M. As-Sulami, seorang master sufi kenamaan bahkan menyebutnya sebagai seorang Gnostik yang agung. 

Dalam beberapa catatan dikisahkan Fatimah al- Nishapur sering dikunjungi oleh Syeikh ternama sufi Abu Yazid Al-Bistami (d. 260/874) dan juga sufi kenamaan Mesir Syeikh Dzul Nun Al-Misri (d. 245/859). Kedua sufi besar ini menyebut Fatimah sebagai perempuan suci utusan Tuhan dan dianggap sebagai guru dalam perjalanan spiritual mereka. 

Fatimah al Nishapur seringkali melakukan perjalanan spiritualnya sendiri ke berbagai kota. Sesuai pengakuan Dzul Nun Al-Misri, Fatimah kerapkali melakukan perjalanan spiritual ke berbagai daerah untuk berguru kepada para guru-guru sufi ternama di kota tersebut.

Dzul Nun Al-Misri pernah menjumpainya saat ia melakukan perjalanannya (siyāha) sendiri ke Jerussalem. Tak hanya berguru, Fatimah juga melakukan perjumpaan dengan masyarakat-masyarakat kurang beruntung di kota kota yang ia kunjungi untuk mengajarkan praktek dan ajaran-ajaran sufisme.

Selain Fatimah, Al-Sulami juga mengabadikan cerita Umm al-Fadl, seorang sufi perempuan yang datang ke Nishapur pada pertengahan abad ke sepuluh. Umm al-Fadl sedang melakukan pengembaraan dari kota ke kota untuk memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan dari para guru guru sufi ternama di kota tersebut yang kemudian ia sampaikan kepada murid-muridnya di tempat asal Umm al-Fadl. 

Fatimah dan Umm al-Fadl adalah dua di antara banyaknya tokoh-tokoh sufi perempuan lainnya yang disebutkan Jacques dalam "Women Mystics in Medieval Islam: Practice and Transmission" tentang peran dan partisipasi mereka di ruang-ruang publik.

Banyak diantaranya para sufi perempuan ini yang juga memiliki murid baik laki-laki dan perempuan. Seperti halnya, Prof Alimatul Qitbiyah, Dr. Nur Rofiah, dan perempuan-perempuan era sekarang yang mahsyur dibidangnya. Mereka berperan aktif di ranah sosial masyarakat, mendirikan lembaga pendidikan dan keilmuan, bahkan harus melakukan pengembaraan sendiri untuk mencapai level spiritualitas tinggi sebagai syeikhah.

Membaca Matsnawi Ma'nawi dalam uraian yang tak bertele-tele, padat dan bermakna, membuat saya seperti membaca karya besarnya Rumi secara langsung. Saya amat senang karena dapat menikmati syair-syair Rumi lewat tangan penulis perempuan sebagai perantara perjalanan spiritual bagi ruh-ruh dalam jiwa manusia yang berkelana tak tentu arah.

Syair-syair Rumi tak lagi saya pahami sebagaimana yang kerapkali muncul di laman media sosial. Kata-kata yang seolah berdiri sendiri, sunyi dan kehilangan konteks. Namun dalam buku ini seolah syair-syair Rumi baru diciptakan di momen ketika kita membacanya hari ini. Afifah menafsirkannya dengan sangat pas, kontekstual dan relevan.

Anw, buku ini benar-benar mantik saya untuk menekuni perempuan-perempuan hebat lainnya (selain Fatimah Nishapur) seperti Sayidah Nafisah (guru Imam Syafi’i), Fathimah Almutsanna (guru Ibnu Arabi), dan yang terakhir Hayati Kermani, sufi perempuan pemilik divan dari silsilah Syeikh Nikmatullah Wali (yang InsyaAllah selanjutnya akan saya tuliskan)

Yaa Rabbi... Terima kasih untuk setiap ilmu dan pengetahuan yang masih bisa saya raih. Semoga setiap scholar Allah dilindungi dari ilmu yang tidak bermanfaat dan memadharatkan.

Tasikmalaya, 6 Mei 2021


0 Comments:

On Our Way

5/03/2021 12:05:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Adakalanya bersamamu,
aku merasa sepi yang abadi
ia membakar panas segala api
bumi hilang semua penghuni
dan aku,
mayat hidup di dalam sebuah peti mati

Adakalanya bersamamu,
adalah dingin,
yang meruntuhkan segala ingin
pada kulitku yang teramat tipis
lahir bermacam jenis tangis

Adakalanya bersamamu,
aku serupa dungu berotak batu
pikirku,
bahagia itu letaknya pada detak jantungmu
ia tak lebih luas dari bidang dadamu

Adakalanya bersamamu,
cinta adalah kumpulan debu
yang jatuh dari sayap sebentuk peri
melayang menutup habis muka bumi
lalu tumbuh menjadi mantra pengikat hati

Adakalanya bersamamu,
aku hanya mau berdiri
dari tempat yang jauh sekali
karena rahasia terbesar
adakalanya hadir dari hal-hal kecil
yang menentramkan hati

Dan,
bagaimana bisa aku mencintai
tanpa lapang mengendarai konsekuensi

Suatu waktu aku berulah
Atau kau mencipta salah
Saat kita sekarat sebab luka
Apa kita sempat menunjukkannya?

Tasikmalaya, 3 Mei 2021

0 Comments: