Setumpuk Cinta Untuk IMM

2/14/2021 08:00:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


René Descartes sematkan “Aku berfikir maka, aku ada”, pula diriku... "Aku menulis sebab aku cinta".

 


Ditengah ramainya #valentinebukanbudayakita di dunia pertwitteran, memang betul islam tidak memperingati Valentine's Day, budaya kita adalah when mind said "move on" but heart said "hold on". Budaya kita adalah falling in love with someone you cant have. Pedih wkwk~

Saya tidak tahu siapa pihak yang pertama kali mengangkat #valentine'sdaybukanbudayakita, tapi yang pasti budaya aktivis-akademisi adalah doyan berefleksi. Tak terkecuali momen hari ini. Sesuai jadwal tulisan ini diterbitkan 14 Februari 2021. Catatan panjang ini tentang bagaimana saya mengelaborasi cinta terhadap Ikatan, pada bulan februari yang penuh cinta, saya tujukan khusus catatan yang selama ini belum pernah saya sebar. Guna merawat cinta penulis kepada organisasi kesayangan kita semua, ya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah selanjutnya populer dengan sebutan IMM.

Aku Dan IMM

IMM ialah salah satu organisasi mahasiswa islam indonesia yang merupakan organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah serta bagian dari elemen gerakan kemahasiswaan (ekstra kampus) di Indonesia. Dalam Anggaran Dasar (AD) IMM Pasal 7 Bab III,  IMM memiliki tujuan yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Sedangkan, tujuan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Namun, dalam konteks ini penulis mecoba merefleksikannya dengan pendekatan cinta sebagai kultur gerakan.

Tidak berlebihan kiranya, jika saya renungkan kecintaan ini merujuk pada ulama ulung sekaligus Sufi besar islam, Maulana Jalaluddin Rumi. Beliau mengibaratkan cinta dalam ungkapan;

"Cinta dapat menghancurkan segala keraguan, dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih menjadi emas, kering menjadi bening, sakit menjadi sembuh, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakan besi, meghancurleburkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya, serta membuat budak menjadi pemimpin”.

Mula Perjalanan Ber-IMM

Saya lahir dan dibesarkan dengan tradisi dan budaya keluarga Nahdlatul Ulama. Ya, saya mungkin sama dengan ribuan kader Muhammadiyah yang lain, tidak memiliki genealogi (sanad) keluarga Muhammadiyah (wallahu'alam). Meski demikian, saya tetap berupaya turut andil semampu mungkin, belajar dengan resiliensinsi yang tinggi agar menjadi bagian kader-kader IMM yang loyal dan progresif. Tidak mengandalkan sanad "keturunan" keluarga untuk menjadi kader bermanfaat bagi Muhammadiyah dan Indonesia, ia adalah perjalanan panjang epistemologi aktivisme Sena muda.

Ada satu kalimat yang cukup tidak bisa saya lupakan, ucapan sesama kader baru saat masih di komisariat pada tahun 2015 silam. Dalam satu diskusi panas kami di komisariat, saya menyanggah beberapa pendapat soal apa yang sedang diperdebatkan. Sebelum saya menyelesaikan omongan, dia nyokot dan mengatakan "Kamu tahu apa tentang Muhammadiyah?! Udah berapa tahun emang kamu jadi kader?! Tahu apa kamu tentang IMM?!"

Sontak saya terdiam. Buset galak amat wkwkkw. Bukan sebab saya kalah dan tidak tahu dengan apa yang sedang diperbincangkan, saya terkejut dan tak habis pikir dengan sosok yang begitu arrogant terhadap rasa kepemilikan plus kosong pula isi kepalanya. Kenapa dia merasa lebih tinggi dan lebih tahu segalanya soal Muhammadiyah dan segala isinya? Padahal dia sendiri kader tumpang nama. Saya menduga, barangkali sebab dia bersekolah di SMA milik Muhammadiyah yang menjadikanya merasa dialah kader si paling paham seluruhnya. Jelas berbeda denganku yang menghabiskan jenjang pendidikan formal di sekolah negeri.

Sebelum merantau ke Jogjakarta, pandangan orang-orang di kampung ku soal bersekolah di sekolah negeri justru privilege. Anak-anak yang pintar secara akademik justru akan masuk dan direkomendasikan untuk kuliah di kampus negeri terbaik di Indonesia. Begitupun dengan menekuni ilmu agama di pondok pesantren, semua ditempuh di lingkungan yang "tidak ada Muhammadiyah nya".

Selanjutnya, ucapan sinis teman ku itu menjadi perenungan mendalam untuk saya belajar tentang kampus yang menaungi saya 4 tahun kedepan yang kadung menjadikan ku kader newbie IMM yang tidak tahu apa-apa selain ghiroh belajar yang membara pada saat itu. Agak menyebalkan menjadi noob, maka kupecut diriku untuk mengejar 'ketertinggalan' soal wawasan kemuhammadiyahan dan ke IMM an.

IMM sebagai rahim pergerakan

Berbicara dunia pergerakan (mahasiswa) tentu kita juga berbicara keberpihakan. Pada dasarnya, apapun organisasi mahasiswa yang dijadikan rumah sebagai ijtihad wadah perjuangan untuk melawan, muara perjuangannya sama: melawan penindasan, relasi kuasa, kebodohan, ketidakadilan, mengintrupsi pemegang kekuasaan (dosen, kampus, pemerintah) yang semena-mena juga menebar manfaat fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) melalui berbagai cara! Juga saya, memilih dan berpihak melalui Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai wadah. Sampai catatan ini disebar dan dibaca banyak pasang mata.

**
Sebab-sebab saya memilih dan terus berpihak:
Sebagaimana dituturkan Al-Ghazali pada Kitab al-Mahabbah wa asy-Syauq wa ar-Ridha. Syarat-syarat bagaimana manusia bisa jatuh cinta:

1. Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan pengetahuan (idrak)

Al-Ghazali mengatakan, “Manusia hanya akan mencintai sesuatu atau seseorang yang telah ia kenal”.
Dalam konteks kader, saya telah melalui tahap demi tahap jenjang perkaderan sesuai hierarki yang ada.
Mulai dari DAD (Darul Arqam Dasar) sebagai syarat pertama untuk diakui sebagai kader. Berawal CAKER (calon kader) - Kader Tengah - Kader Akhir (Pimpinan Komisariat IMM FH UMY). Kemudian melanjut jenjang kedua setelah DAD, yaitu DAM (Darul Arqam Madya). Sebelumnya tidak ada niatan untuk saya naik Pimpinan Cabang IMM Ar-Fakhruddin Kota Yogyakarta 2019.

Tak lama setelah menjadi demisioner Pimpinan Komisariat FH UMY, Saya ikut DAM (tepat selepas KKN selesai). Murni dengan niat untuk melanjut tahap perkaderan. Saya suka sekali belajar. Hal-hal baru membuat saya penasaran hingga dengan kepolosan itu juga secara kolektif komisariat meminta naik untuk menjadi Pimpinan Cabang IMM AR-FAKHRUDDIN Kota Yogyakarta. Singkat cerita, terpilih - formatur - Bidang RPK untuk satu periode Pimpinan Cabang IMM Ar-Fakhruddin Kota Yogyakarta.

Dengan demikian saya pikir keliru, ketika ada kader yang mengikuti DAM "hanya sebagai syarat" agar dia maju ke Pimpinan Cabang atau jenjang lainnya. (Naik PC atau tidak, kalo mau DAM ya DAM aja). Logika yang terbalik jauh dari pemaknaan tri kompetensi dasar (reigiusitas, intelektualitas dan humanitas) tanpa pemaknaan. Ghiroh politiknya membabi buta, tanpa modal narasi gagasan keilmuan dan karya saya rasa itu menjijikan.

***
Jadi begini, beberapa pandangan versi ku prihal perpolitikan di IMM:

1. IMM ialah termasuk organ politik. Hal itu dapat kita lihat dan rasakan dari aktivitas kaderisasi dan gerakan sosialnya yang merupakan bagian dari aktivitas politik.

2. IMM menafsirkan politik sebagai politik nilai! bukan politik elektoral dan transaksional ala partai nasional pada umumnya. Terdapat banyak nilai-nilai luhur yang hendak ditunaikan sebagai perjuangan (keadilan misalnya, kita harus terus menempuh jihad konstitusi sebagai alat perjuangan konstitusionalitas, memberantas kemungkaran perpolitikan tidak sehat di kampus, intinya segala kebaikan atas nama kemanusiaan).

3. Seiring waktu dan alat perjuangan yang semakin beragam, IMM tentu bisa, atau mungkin "pernah" menitipkan perjuangan politik nilai diatas melalui kader-kadernya yang juga banyak ikut jalur politik praktis (kepartaian). Meskipun tidak secara vulgar menggunakan nama besar organisasi.

Bagaimana dengan saya? Saya tetap konsisten memilih jalan keilmuan. Mulai saat magang awal caker sampai Pimpinan Cabang menunaikan perjuangan di wilayah literasi - liberasi tanpa menegasikan dua trikoda yang lain.

Segimanapun paradoksnya ber-IMM, tak sedikit kader yang merasa telah dicurangi, dikhianati, ditinggalkan, diabaikan, saya rasa semua kembali ke masing-masing pribadi kader. Namanya rumah, namanya keluarga andai semua sempurna maka dari mana kita hendak belajar? :) Tetap rawat keberpihakan 💌 
Toh organisasi memfasilitasi setiap ghiroh minat bakat kader, menampung ambisi politik tentu begitu wajar, yang patut diingat bagaimana kepandaian kita menginsyafi batasan etika.

Sebab sebodoh-bodohnya orang adalah yang tak pernah mau belajar politik. 

2. Manifestasi cinta sejalan dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan manusia

Banyak rasa ketika catatan ini dibuat, salah satu yang paling urgent adalah agar saya mampu mengenang sosok-sosok yang tanpa pamrih membesarkan, mendidik, merawat saya dengan pendidikan terbaik sejak dari komisariat. Dalam point ini saya hanya mau berterima kasih, menerus berterima kasih kepada orang-orang (senior, dosen, kawan) yang sudi menerangkan jalan, mencintai sebagai sesama pembelajar, pun mengantarkan saya ke dunia yang jauh lebih luas hingga saya menjadi kader perempuan (IMMawati) yang sadar akan kemerdekaan pribadi dan kolektif ditengah pelukan budaya patriarki. Tidak ada pilihan selain menjadi IMMawati progressif! Bagaimana cara untuk berpihak. Realistis berjuang turun aksi ke jalan, konsolidasi bersama aliansi antar pergerakan sampai subuh hari, lalu siangnya bergerak merapat membawa tuntutan sambil meneriakan:

"Hidup Mahasiswa!"
"Hidup Perempuan yang Melawan!"
"Hidup buruh!"

Atau sambil mengumpat melantunkan yel-yel yang mengutuk oligarki dan melanggengkan budaya patriarki! Ah sungguh menyenangkan, selain belajar akademik di kelas saja!. Menjadi mahasiswa yang berimbang. Prestasi akademik sebagai kewajiban juga karir organisasi sebagai jalan penyadaran dan perlawanan atas banyaknya kasus yang menjarah!! Terutama kampus, tempat yang seharusnya membuat kita menjadi pembelajar yang bebas!. Bukan komoditas pendidikan yang mahal belaka!. 

Tak sedikit, IMMawan dan IMMawati yang merajut kasih sambil merawat organisasi. Mencari pendamping yang satu ideologi sepertinya memudahkan (cobakah?) 😁 Dalam diam atau dengan terang-terangan biasanya tergantung orang, yang pasti anak muda penuh dengan semangat! Dengan syarat tidak melanggar aqidah, konstitusi juga hak kolektif bersama. Apalagi mencederai nama organisasi tak jadi soal.

Sebagai informasi, saya tidak pernah ikut aksi dengan membolos dari kelas. Agak aneh mungkin bagi sebagian orang sebab saya belum pernah merasakan bolos sekolah apalagi kuliah. Kalau mau aksi ya saya izin ke dosen yang bersangkutan. Secara lisan atau bahkan membuat surat legal sebagai pengantar dari komisariat. Sekalipun pernah terlambat, saya lebih baik masuk dan ditegur dalam kelas tak masalah ketimbang pulang dan rebahan di kostan. 

Dalam catatan ini saya mau mematahkan dogma atau anasir yang mengatakan "aktivis" itu sering mengabaikan kuliah, tidak punya tumpukan pencapaian, kerjaannya hanya rusuh dengan kehidupan yang acak-acakan, mengintrupsi sistem dan kekuasaan hanya modal teriak-teriak di jalan, berpenampilan lusuh (tidak paham fashion) hingga orang melihat sinis saja, dan banyak lagi anggapan keliru yang disematkan.

Mereka yang mengamini hal diatas antara kurang main atau mainnya kejauhan hingga ndak tahu kalau banyak sekali aktivis yang brilliant. Aktivis yang punya cukup banyak modal di berbagai lini keilmuan. Kekaryaan dan pengabdian. Trendi dan berbakat. Taat dan mencintai Tuhan. Bermanfaat lintas negara bahkan agama.

3. Manusia mencintai dirinya

"Manusia mana yang akan selamat dari api cinta", kata Rumi. Senada dengan ini, tentu karena saya mencintai eksistensi dan esensi saya sebagai manusia sepaket dengan saya mencintai Ikatan ini sesampai usia. Saya mencintai IMM dengan segala bentuk cinta... Waktu, pikiran, kesempatan, materi, dan tenaga. Semasa menjadi Pimpinan Komisariat setiap hari selama satu tahun, mulai membuka mata sampai menutupnya kembali yang dipikirkan hanya dua hal: akademik kuliah dan IMM. Berulang setiap hari. (Asli. Ga lebay)

Padatnya agenda, sengitnya belajar di dalam dan luar kelas, mengimbangi prestasi dan ambisi, membiasakan rutinitas ngasdos-kuliah-asrama-lomba-conference-exchange dan jadwal bejibun lainnya membuat diri benar-benar ditempa habis-habisan. Berburu ilmu dari ruang-ruang diskusi, melahap baca kemudian bertukar pandang, membuat gebrakan agenda bermanfaat guna membantu minimal untuk masyarakat fakultas hukum juga komisariat lainnya. Meski konflik internal acap kali tak terhindarkan, sebagai pendidikan pengembangan diri itu berhasil!.

IMM sungguh membuat saya belajar bagaimana mencintai, percaya pada manusia lain, mempertahankan relasi dan berpihak dengan cara-cara yang aksiologis.

Kalau Tan Malaka behasil dengan proses -Terbentur Terbentur Terbentuk- apalah saya yang harus -Terbentur Terbentur Terbentur Penyok Die Blangsak baru Terbentuk- 🔥

Spirit Trilogi dan Trikoda IMM sebagai prinsip juang

Trilogi merupakan garapan atau tugas ikatan yang diinternalisasi dari tiga aspek penting, yaitu: kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakatan. Trilogi ikatan merupakan pengejawantahan nilai-nilai ikatan guna ditransformasikan pada masyarakat dalam paradigma ikatan.

Kemahasiswaan menjadi Intelektualitas, literasi keilmuan.
Keagamaan menjadi Religiusitas, Transendensi Ketuhanan.
Kemasyarkatan menjadi Humanisasi, Liberasi, Kemanusiaan.

Terbentuknya trilogi ini sudah mengalami refleksi yang panjang dan lama sehingga dikenal sampai sekarang. Sebagai kader, kita tidak boleh memilih salah satu dari ketiganya dalam mewujudkan identitas gerakan yang berbeda dengan pergerakan mahasiswa lainnya. Sedangkan, kata ‘Tri Kompetensi Dasar' (Trikoda) menunjukkan arti yang kurang lebih adalah ‘tiga dasar kemampuan’ kader yang harus dimiliki dan merupakan kristalisasi nilai dari Trilogi sebelumnya. Sejatinya religiusitas, intelektualitas dan humanitas merupakan ruang lingkup dalam tujuan IMM.

Kemahasiswaan - Mahasiswa ialah massa dan pelajar terdidik yang dimiliki ikatan untuk mengontrol jalannya kebijakan penguasa (khususnya kampus). Ialah akademisi yang dibekali rasionalitas ilmiah dalam menyikapi serta membaca suatu realitas sosial. Mahasiswa erat kaitannya dengan kegiatan intektualitas yang tak cukup intelektual saja tapi kegiatan intelektual yang bersendi pada nilai-nilai Ikatan. Adaptif - progressif jauh membaca keberlangsungan pergerakan di masa mendatang. Saya titipkan creative minority MAFIA (Majelis Filsafat) yang saya dirikan sebagai wadah keilmuan selama di komisariat beserta warisan SHP (Sekolah Hukum Progresif) sebagai penyeimbang hukum positif yang kadang tebang rata untuk setiap fenomena hukum di Indonesia.

Spirit filsafat saya harap menjadi pisau analisis yang tajam lagi bijak dalam membedah segala permasalahan kultural maupun struktural ikatan. As a big value. Menenangkan - menyelamatkan.

Keagamaan - Keagamaan dimaksudkan sebagai ruh, tujuan, dan sumber inspirasi dalam menunaikan gerakan sosial. Keagamaan memiliki fungsi dalam ikatan sebagai arahan, cara dan penguatan gerakan dalam melakukan transformasi sosial. Nilai transendental ikatan secara vertikal maupun horizontal. "Aggun dalam Moral dan unggul dalam Intelektual"

Kemasyarkatan - Masyarakat disini ditempatkan sebagai subjek perubahan bukan objek perubahan. Oleh karena itu, kemasyarakatan dalam ikatan menjadikan masyarakat sebagai pelaksana transformasi sosialnya. Pergerakan tanpa cinta jauh dari kemanusiaan. "Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual dan Radikal dalam Gerakan."

Perlu diterangkan bahwa yang paling penting dari ketiga point diatas adalah kesatuan integrasi interkoneksi yang harus dilaksanakan dan dimiliki ikatan guna menciptakan transformasi yang dicita-citakan bersama.

Spirit Gender di IMM

Dalam perspektif mubadalah (kesalingan) kehidupan ini dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Jika perempuan untuk laki-laki maka laki-laki pada saat yang sama juga untuk perempuan. Semua pranata sosial juga harus diperuntukkan bagi kemaslahatan perempuan, sebagaimana sudah sebelumnya untuk laki-laki. Ingat perempuan sama seperti laki-laki, penghuni dunia ini sama seperti laki-laki, bukan wisatawan atau the second sex apalagi tamu dari ruang domestik!.

Mansor Faqih dalam bukunya Analisis Gender dan Transformasi Sosial menyebutkan, konsep kesalingan memandang relasi antara keduanya saling kerjasama, bukan hegemoni dan diskriminasi yang berujung pada kekerasan. Tidak boleh laki-laki menguasai perempuan dan sebaliknya. Tetapi keduanya saling bekerjasama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, adil, dan sejahtera.

Hadirnya bidang IMMawati sebagai salah satu bidang dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang fokus pada kajian kritis keperempuanan kadang diinterpretasikan khusus buat IMMawati. Padahal IMMawan juga. Kenapa? Sebab seperti yang kita tahu bersama persoalan IMMawati bukan sebatas moralitas, melainkan bagaimana perempuan harus merespon dinamika sosial serta mampu vokal di ruang-ruang publik dengan percaya diri. Assertive dalam mewujudkan tri kompetensi dasar tidak hanya dalam Ikatan, tapi juga kehidupan (termasuk perasaan).

Menjadi kader seumur hidup

Sebagai sesama kader yang menimba pengetahuan dan pengalaman di naungan yang sama, barangkali sudah selayaknya seluruh kader IMM memaknai semua fenomena yang ada melalui kaca mata kebijaksanaan. Kembali mencintai organisasi tanpa pamrih bukan menuai transaksi. Catatan ini saya buat dengan keinginan menjadi magnet yang menarik kita untuk tetap hidup sebagai manusia yang militan!. Pandai berjuang, siap tarung dengan tidak melupakan martabat keilmuan dan keimanan. Jalan apapun yang sedang ditempuh, semoga fastabiqul khairat tetap menjadi nafas perjuangan sekaligus tujuan... Ilmu amaliyah, amal Ilmiyah 💌

Yours truly,
Sena Putri Safitri
(IMMawati FH UMY RPK PC Ar-Fakhruddin)

Tasikmalaya, 14 Februari 2021

0 Comments:

Why Smart Men Marry Smart Women

2/12/2021 07:00:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Hi... readers! Tulisan ini bertajuk isu yang bagi saya seksi sekali untuk dibahas. Yup! seperti judul artikelnya "Mengapa pria pintar menikahi wanita pintar". Bagaimana tidak, disetiap perkumpulan laki-laki apalagi perempuan baik di kantor, kampus, sekolah, kafe (atau tongkrongan akamsi: anak kampung sini) bahkan warung makan sekalipun bahasannya pasti berujung ngomongin cowok, masa depan, perjuangan sampai keinginan untuk menikah~

Tulisan ini saya harap sebagai bentuk perlawanan atas kepercayaan luas (mitos) bahwa wanita terpelajar berisiko hidup dalam kesendirian dan miskin. Sebaliknya, ini membuktikan gagasan tentang perempuan mampu memadukan pencapaian mereka di dunia kerja, romansa, pernikahan, dan keibuan.

Diantara kalian pasti pernah denger atau ngucapin hal serupa "eh coba lihat kalian tahu gak, si Fulan ini yak udah cakep, pinter, sederhana, sholeh, plus udah dapet penghasilan sendiri "(mapan)". Gila gak? Pengen deh sama dia".

Sedikit gambaran tentang indikator 'pria idaman' kaum perempuan pada umumnya. Ya iya lah siapa yang akan menolak value lengkap ada dalam satu orang. Sekalipun itu, laki-laki atau perempuan "player" pasti kalo prihal pasangan mah maunya yang terbaik~

Partner of life, tema ini selalu menjadi perbincangan nyaris setiap cerita manusia. Rasanya tiada bosan pembahasan digelar di berbagai tempat dan kesempatan. Ada sebuah pepatah kuno, bilang:

"Hidup itu bagaikan memasuki sebuah perpustakaan. Bahagia atau tidak, bergantung pada buku yang ingin dibaca."

Tampilan gambar dan warna buku yang menarik belum tentu memberikan cerita yang diinginkan. Banyak orang yang tidak tahan saat membaca bab ke dua, ke lima bahkan hanya menarik lembar pertama dan menyerah melanjut baca.

Menjadi pertanyaan, apa buku yang polos akan lebih menarik? Sebab membuat calon pembaca menerka - bebas menebak? Memang ada rasa ragu yang mengganggu, tapi bukankah buku ini paling berbeda dari banyaknya buku yang tersedia?

Prosesi ini sangat menarik! Ketika manusia sedang tumbuh. Tumbuh itu adalah sebuah seni menghadapi kehidupan, berbuat kesalahan hingga memperbaikinya membuat kita sadar, bahwa kita sedang belajar. Kita belajar dari tiada ke tiada. Sebab mengapa kita ada. Tumbuh!

Apa itu teman hidup?

Apa ia yang akan selalu bersamamu 24+7?  (24 jam selama 7 hari dalam seminggu). Apa ia yang kiranya punya kemampuan cenayang bagaimana mendeteksi keresahan sebelum kita bilang? Yang saat bersamanya hidup mu sudah pasti baik-baik saja?

**
Interpretasi partner (pasangan) hidup bagiku adalah:
1. Dia yang bisa (berupaya) mengimbangiku dalam segala lini kehidupan.
2. Berimbang. Sebagai kawan berfikir dan lawan bicara. Berimbang. Dari mulai perasaan sampai pikiran hingga tidak pecah kongsi dalam laku perbuatan.

Bukan, bukan yang mengucap kata sayang setiap malam. Bukan yang akan memeluk, mencium hanya karena sebab modal relasi kuasa. Atau pamer kebersamaan di depan ribuan orang.

Teman hidup adalah dia yang bersedia membuka setiap lembar buku yang ingin kamu baca. Membuka setiap pintu yang ingin kamu masuki dalamnya. Dia yang mendorong ingin juga anganmu.
Dia yang menjadikan sepasang matanya adalah pintu; untuk kamu memasuki perjalanan yang lain. Tanpa ayah, tanpa ibu. Meninggalkan rumah dan masa kanak-kanak. Dan dia yang menuliskan cerita hidupnya hanya dalam hidupmu.

Ada salah satu sub bab dalam buku partner in life karya Giegyn yang menjelaskan bahwa jodoh kita nanti ndak akan jauh-jauh dari kita. Dari segi rupa, kecerdasan, derajat, keimanan, kehormatan, dan lainnya.

Jawabannya adalah kembali membenturkan kepala sendiri. Andai kita memiliki keinginan mendapatkan pasangan yang mendekati indikator sosok idaman, apakah kita sudah menjadi pribadi yang layak menerima kebaikan Tuhan? Dengan diberi pasangan sesuai harapan.

***
Pertimbangan...

Lelaki mandiri, berprestasi, baik hati, cerdas, sholeh, dan berwawasan luas akan sulit memilih dan memutuskan hidup bersama perempuan "manja" (hanya mau menerima saja tanpa berdikari berupaya) dan lemah imannya.

Begitu pula, wanita yang cerdas, baik hati, berprestasi, sholehah tidak akan menjatuhkan hatinya pada lelaki pemalas, jarang ibadah dan tidak memiliki semangat (ghiroh) dalam membangun keluarga yang SAMAWA.
That's the reason why smart men marry smart women.

****
Yang harus kita lakukan...

So ladies, berfikir, intropeksi dan bergerak lah!. Naikan level dengan dorongan usaha dan doa sebisa yang kamu lakukan. Kita hanya harus menjadi bintang di setiap level kita. Bukan mencederai diri dengan bersikap insecure sebab kelebihan perempuan lainnya. Then which of the favours of your Lord would you deny?

Berusahalah untuk menjadi yang terbaik jika kamu menginginkan yang lebih dan lebih baik. Karena kamu yang baik hati akan dijatuhkan pada sosok lelaki yang juga baik hatinya. Cantik rupa, pikiran juga iman mahkotanya. Apapun masa lalu mu. At the end, people are not always going the way you want them to.

Yours truly,
Sena Putri Safitri.

Tasikmalaya, 12 Februari 2021

0 Comments:

Menyikapi Hidup Ala Filsafat Stoisisme (Dijamin Tenang!!)

2/10/2021 02:06:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Hallo readers! How was your Iman? How's your Iman today? How's your doa? Semoga setiap hari lebih banyak bahagia yang bisa kita bagi ✨

Nah, tulisan ana kali ini akan memperbincangkan tentang refleksi dan (mungkin) panduan bagaimana kita meramu (tips) menjalani kehidupan yang membahagiakan (mensyukuri setiap apa yang diberi Tuhan, setiap hari).

Setidaknya untuk ana ingat sendiri suatu waktu lupa dan yang pasti ditujukan pada pembaca tercinta. Apalagi yang tertarik mempelajari filosofi Yunani Kuno (khususnya stoicism) untuk bisa digunakan menjadi panduan kehidupan zaman sekarang. Masa sekarang masa big data. Cepat khawatir, merasa useless, marah, kecewa, dan pesakitan lainnya. Heyyy! Kita benar-benar harus bahagia di dunia nyata bukan pamer bahagia di media sosial belaka!

Let's start...

Sebagaimana orang duga bahwa filsafat melulu dikaitkan dengan pembahasan yang berat, rumit, kumpulan teori yang membosankan, dan hanya membuat scholar (readers) kebingungan. Tapi, akan saya perkenalkan (atau ingatkan kembali) dengan salah satu aliran filsafat yaitu stoisisme. Filsafat itu menyenangkan, akan jadi apakah hidup jika hanya menjalankan rutinitas belajar dan bekerja, memenuhi kehidupan domestik yang tiada habisnya atau kongkow yang sarat pemaknaan. 

Apa itu Filsafat Stoisisme?

Stoisisme adalah filsafat pragmatis yang memusatkan perhatian kita pada apa yang mungkin dan memberi kita perspektif tentang apa yang tidak penting. Dengan memahami stoisisme, kita dapat belajar menjawab pertanyaan-pertanyaan esensial tentang kehidupan:

Haruskah kita menikah atau berpisah? Bagaimana mengatur dan mengolah keuangan agar tidak krisis terlebih kita sedang diuji pandemi covid-19?
Bagaimana siyasah kita meraih dunia dan menggapai akhirat? Haruskah kita melanjut hidup atau berhenti kapan saja?

Siapapun kita, stoisisme memiliki sesuatu untuk kita. Ingat bahwa Tuhan ada di setiap prasangka hamba-Nya.

Filsafat Stoisisme tidak berkisar pada teori dan wacana yang melangit, melainkan lebih kepada hal praktis, aplikatif sesuai moralitas hingga kita katakan solusi tepat jalani kehidupan di era modern yang bisa membuat kita depresi kapan saja. Banyak alasan yang membuatnya wajar. Semakin kesini, manusia sekarang menjadikan sensasi sebagai prestasi untuk menjulang kesuksesan, popularitas dan meraih cuan. Bekerja mati-matian dapat uang, uang dihabiskan untuk senang-senang sedikit menghilangkan beban.~

Semoga tulisan ini menjadi panduan implementasi filosofi (to help us master the Stoic virtues).

Bagi readers yang suka membaca pasti familiar dengan Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang bestseller itu. Ya, inilah buku yang dimaksud oleh Henry Manampiring sebagai genealogi tulisannya yaitu How To Be A Stoic karya Massimo Pigliucci.

Dalam menyikapi hidup, pelajaran penting dari filsafat stoisisme kita diajarkan tentang beberapa hal:

1. Keutamaan dan kepantasan.

Disiplin ilmu yang pertama adalah tentang keinginan - apa yang layak dan apa yang tidak pantas untuk diinginkan. Stoisisme menyuruh kita membedakan apa yang ada dan apa yang tidak ada dalam kekuatan kita, agar pada gilirannya pemahaman ini bisa memberi kita kerangka kerja yang berguna untuk panduan dalam semua keputusan yang kita ambil nantinya.

Penting pula untuk memahami sifat manusia dan tempat kita di alam semesta; letakkan faktor-faktor eksternal (kesehatan, kekayaan, pendidikan), atau kekurangan, dalam perspektif yang tepat.

2. Harapan-harapan dan kenyataan.

Epictetus memberitahu kita agar siap menghadapi berbagai situasi dengan sikap realistis terhadap hal-hal sebagaimana adanya. Tujuan, ambisi, nafsu akan apapun termasuk agama dan amal ibadah 🤣 memang tiga hal tersebut yang membuat manusia bergairah untuk hidup. Tentang sabar, interpretasinya ialah pasca berusaha semaksimal dulu bukan semata sabar artinya menunggu.

3. Kendali diri.

Manusia yang punya tujuan, kemauan setidaknya ia memiliki harapan untuk terus berusaha. Tapi jangan lupa, percuma jika semua pencapaian mu tidak membuat dirimu merasa damai. Apa definisi damai? Adalah mengontrol apa yang dibawah kendali (kita). Apa aja yang dibawah kendali kita? Bisa impuls personal, respon-respon psikologis, fisiologis itu dibawah kendali kita. Jadi cukup kendalikan itu saja. Luaran itu realitas terberi. 

4. Kekaryaan dan pekerjaan.

Stoisisme menyarankan bagaimana kita hidup yang berimbang. Antara kekaryaan dan pekerjaan. Biasanya ini menjadi salah satu sumber penderitaan manusia sekarang. Bagaimana menjalankan dan mendapatkan keduanya. Mengenai sumber penderitaan manusia, Epictetus menjelaskan,

“Yang membuat susah perasaan seseorang bukanlah sesuatu itu sendiri melainkan penilaian mereka tentang hal tersebut.”

5. Self healing dengan prinsip preventive.

Pada akhirnya yang membuat filosofi stoisisme ini memiliki manfaat yang besar adalah kedalaman ajarannya sendiri. Dengan demikian, tidak ada hal diluar kita yang bisa mencelakai, menyakiti kita.

Better to endure pain in an honorable manner than to seek joy in a shameful one.
(Lebih baik menahan rasa sakit dengan cara yang terhormat daripada mencari kegembiraan dengan cara yang memalukan)

Tentang Mager dan Rebahan

Kenapa kita harus banyak membaca? Karena dengan membaca kita menjelajahi banyak hal. Tidak terbatas ruang (tempat atau waktu). Termasuk pada saat saya ngedate bersama Sir Muhammad Iqbal semalam, yang mendorong untuk membaca ulang filsafat stoisisme lantas mengkorelasikannya dengan kehidupan kita sekarang. (Minimal punya legalitas keilmuan saat mager sedang melanda) wkwk alibi aja Sen!!

Tentang perjuangan kita melawan rasa mager atau punya passion rebahan (haha) ternyata ada sejarahnya, Ini kisah tentang kaisar besar Marcus Aurelius. Sebagai kaisar Imperium Romawi dari tahun 161-180 M, Aurelius adalah orang paling berkuasa di dunia, menjelaskan dalam salah satu bagian “Meditasi”, kumpulan tulisannya, bahwa dia sedang berjuang untuk bangkit dari tempat tidur. Dia pun berkata kepada dirinya sendiri,

“Aku bangun untuk melakukan pekerjaan seorang manusia. Lalu, mengapa aku begitu jengkel ketika aku keluar untuk melakukan hal yang ditakdirkan untukku dan merupakan alasan aku ada di dunia ini? Atau aku memang diciptakan untuk ini, berbaring di tempat tidur dan menghangatkan diri di balik selimut?”

Atau pernah di suatu pagi, dia memaksa dirinya bangun dan menjalani hari dengan menegaskan apa yang mungkin dia akan hadapi:

“Katakan kepada dirimu sendiri di awal hari, aku akan bertemu dengan orang-orang usil, tak tahu di untung, brutal, pengkhianat, pendengki, dan tidak ramah.”

Tapi tahu tidak? Mungkin ucapan ini nampak tidak berarti. Padahal, dulu atau sekarang hal-hal yang mungkin akan kita dan Aurelius hadapi sama saja, orang-orang menyebalkan di kantor, di kampus, di sekolah atau sesaat yang bertemu tidak sengaja di lampu merah.

Coba analisis menggunakan metode fenomenologi: dari nomena-nomena yang ada, terdapat eunomena bagaimana ia memusatkan perhatian pada semua kemungkinan negatif dan kesukaran-kesukaran yang mungkin ada, saya melihat sebuah point stoik sangat penting di sini. Mengapa mengingatkan diri prihal kesukaran bisa begitu bermanfaat?

Ancient Wisdom for Modern Life
(Kebijaksanaan Kuno untuk Kehidupan Modern)

Dalam prinsip hidup stoisisme, kita diajak untuk sepenuhnya menggunakan nalar. Emosi negatif lahir dari nalar yang kacau. Kenapa? Sebab pada dasarnya respon nalar dipicu oleh penilaian, opini, dan persepsi kita terhadap sesuatu. Kausalitasnya jika persepsi buruk, maka membuat emosi juga negatif.

A ROAD MAP FOR THE JOURNEY (Sebuah Tips Hidup Tenang)

Ada lima (5) metode stoik yang menentramkan guna menjalani kehidupan di dunia (versiku).

1. Don't worry
Jangan terlalu banyak khawatir. Lakukan apa yang bisa kita lakukan lalu titip dan serahkan semua urusan kita hanya kepada Tuhan.

2. Don't hate
Hati yang penuh dengan kebencian membuat hidup kita sempit. Tapi hati yang berlimpah kasih sayang, cinta itu menjadikan hidup kita lapang.  
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ 
Artinya, "Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan meyayangimu"

3. Give more
Banyak-banyaklah memberi, banyak-banyaklah beramal kebaikan sebab disana InsyaAllah kita temukan kebahagian.

4. Expectless
Berharap kepada manusia adalah patah hati yang disengaja. Misal kita mau berharap, ngarepnya sama Allah aja.

5. Live simply
Hidup dengan sederhana. Berdoa kepada Allah semoga kita diberi hati yang terus merasa cukup dengan apapun yang Allah rezeki kan.

Oleh: Sena Putri Safitri.

Tasikmalaya, 10 Februari 2021

0 Comments:

Ini Cerita Tentang Lila

2/09/2021 12:09:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments

 
Sore hari, sedikit hujan, saat kami sekeluarga sedang menonton televisi ada seseorang diluar.

"Assalamualaykum, Tehh... Assalamualaykum.."
"Waalaykumsalam", tak selang lama saya membuka pintu.

Saya terkejut, kudapati perempuan muda yang matanya sembab menampung penuh air mata berdiri di teras rumah.

"Lila, kenapa? Ada apa?", Saya bilang.

Karena didalam ada keluarga, saya tidak membawa Lila masuk dalam rumah. Saya pikir Lila menemuiku sebab tak tahan dengan apa yang membuat ia menangis sampai nyaris tak kuat jalan menuju rumah kami.

Saya ambil kerudung, kemudian mengajaknya ke sebuah ayunan di samping rumah. Dia tak langsung bercerita, lalu menangis sedu sedan sampai tangannya mengepal. Saya tak tahan melihatnya dalam pesakitan yang belum jelas apa penyebabnya.

Saya memeluknya, tak bertanya sampai dia sendiri menentukan waktu untuk bercerita. Saya mengelus kepalanya, memeluknya lebih lama dari biasa kakak memeluk adik perempuannya. Ya! Lila adalah salah satu dari banyaknya adik perempuan saya di kampung halaman. Anak periang dari keluarga terpandang, cantik, taat ibadah dan prestisius di sekolah juga lingkungan keluarganya.

Perlahan dia bercerita, susah payah mulutnya menjelaskan sebab rasa sakit yang menusuk-nusuk dada perempuan itu. Saya menyaksikan bagaimana Lila mengutarakan perasaannya sambil menahan pengap sebab nyeri dari dalam saya lihat.

"Teh... Aku habis berantem sama bapak. Barusan!"
"Bapak menghancurkan hp nya dengan marmer besi besar"
"Tahu gaak kenapa?" (Dia menangis deras)
"Sebab perempuan anjiiiing yang sedang ditaksirnya!" (Sementara Lila mengumpat, air mata saya ikut berjatuhan)

"Teteh, tahu? Sering aku lindungi nama baik (kehormatan) bapak depan ibu tu, aku ingatin berkali-kali bapak, kalo jangan main-main dengan perempuan yang sudah terkenal jablay itu. Perempuan yang hobby nya meminta duit para suami orang lain. Si hina yang setiap keluar dari rumahnya berpakaian limit seperti kurang bahan, mentereng lipstick warna merah dibibir menjijikan nya!!!!" (Ku tahan beberapa pertanyaan, hingga Lila selesai mengeluarkan amarah sebab kecewa)

"Sebenarnya Teh... Sudah lama aku tahu bapak begitu, bermain-main dengan perempuan yang padahal punya suami juga. Ada sekitar 6 bulan mah sejak dia getol main media sosial."

"Nah... Ibu tu gatau awalnya, tapi karena pas kalo lagi ngajar di sekolah, temen-temen gurunya yang lain bilang. Intinya ibu disuruh sabar dan hati-hati sama perempuan nista itu!"
"Ibu ku bingung dong teh, dan ada beberapa orang ngingetin ibu dari kampung sebelah" (tempat perempuan bejad itu tinggal).

"Sudah ada seminggu mah aku sama bapak gak tegur sapa, sebab kejadian waktu hajatan di rumah sodara. Jadi kan kami lagi makan-makan dengan keluarga besar karena sunatan anak Uwa, nah tahu gak teh pas lagi makan-makan tetiba perempuan jalang itu dateng pake baju yang belahan dada sama paha nya kemana-mana. Bayangin teh dia datang ke acara hajatan orang tanpa malu begitu. Banyak ajengan (kiyai) yang mau ngisi ceramah juga. Yang membuat aku murka, ternyata itu bapak yang ngundang!! Karena seluruh keluarga ku tahu kalo perempuan dan bapak tu ada main. Teteh percaya itu makan-makan gagal berantakan. Gara-gara perempuan gak tahu diri itu. Ibu ku, uwa, bibi, kakek apalagi aku boro-boro mau makan padahal laper banget karena emang sengaja ga makan biar enak, barengan kata Ibuku.

"Saat lagi makan uwa (kakaknya bapak) tanya ke perempuan tu,
"Suamimu kemana mbak? Kenapa gak ikut"
"Ada. Dia lagi makan-makan juga sama temennya di rumah" (sambil cengengesan!)
"Lho terus kenapa kamu malah kesini? Kali di rumah mu ada acara. Masa ninggalin suami?"
"Kan diundang sama Pak Johan (bapaknya Lila) buat kesini" (Dengan lancang dia bilang gitu Teeeeh dihadapan semua keluarga pas lagi makan)
"Semuanya langsung diam. Mata uwa, Bibi dan sepupuku yang sudah pada berumah tangga hanya saling pandang. Brengsek betul kupikir bapak ku, hilang laparku Teh. Keknya tubuhku tersusun dari amarah saja waktu itu." Lila menangis sambil marah! Badannya bergetar. Emang perempuan gak tahu malu, setelah menghancurkan acara keluarga orang lain dia malah ngobrol panjang sampai larut malam bukannya pulang."

"Singkat waktu, acara itu selesai kami pun pulang dari rumah Uwa. Di mobil aku bilang ke bapak
"Besok kalo mau mempermalukan diri gausa ajak-ajak aku dan keluargaku, Pak!" Bapak nyaut bilang "Mempermalukan apa? Tadi bapak undang Mbak itu dengan suaminya"
"Terus kenapa dia datang sendiri? Padahal jelas-jelas di rumahnya juga lagi ada acara? Kalo bapak mau ngundang, undang semua! Jangan perempuan jalang itu doang. Toh Uwa Punya makanan jauh lebih cukup untuk orang se kampung tadi" (andai perempuan itu punya otak, dia akan menolak undangan makan itu, setidaknya karena 2 hal: 1. Rasa hormat terhadap suaminya. 2. Menghormati keluarga oranglain). Namun sayang dia ibarat hewan gak tahu malu"

"Bapak ku diam aja teh, gak sama sekali terlihat bersalah apalagi minta maaf. Karena memang yang lain gak ada yang diundang!. Sedangkan ibu ku, seperti biasa hanya diam (menahan aja terus). Tak pernah mau mengurai permasalahan. Tak baik padahal menyimpannya sendirian. Tidak ada pelajaran", tutur Lila.

"Belum lama sejak acara itu, ku blokir media sosial perempuan itu dari akun bapak ku Teh dah gedekkkk aku Teh. Nah bapak ku tumben gak ada reaksi biasanya langsung nanya aku apa bukan yang blokir. Hari masih berjalan diam-diam an sampai hari ini tiba. Bapak juga sering marah-marah dan membentak ibu! Setan memang." Apapun Lila ucapkan, barangkali itu akan membuat amarahnya mereda sedangkan aku tahu selain ini, Lila tidak pernah terang-terangan mengumpat.

"Hari yang selalu aku khawatir kan, hari yang selalu membuat aku ketakutan, hari yang membuat tubuh ku bergetar, tangan dan kaki ku mengepal tak bisa dilepas. Hari kedua yang secara sadar aku ketahui lambat laun puncaknya amarah akan kukeluarkan. Tepat hari ini, pertengkaran terhebat ayah dan putrinya. Untuk pertama kali seumur hidup ku Teh. Bukan sebab apa-apa, Miris sekali ini terjadi bukan karena aku berbuat salah atas hidup atau mencederai nama baik keluarga, tapi karena perempuan sialan penggoda bapak milik ibu ku! Akhirnya aku bertengkar hebat!"

"Tadi bapak, menghancurkan hp android terbaru yang belum lama dibelinya, puncak kekesalan yang mungkin dia tahan selama seminggu (itulah kenapa dia gak nanya aku siapa yang nge blokir akun perempuan itu) hari ini dia ekspresikan amarahnya dengan mengambil marmer besi besar lalu membantingnya beberapa kali ke ponsel barunya. Makanya keramik rumahku sekarang pecah hancur berantakan. Hari ini bapak menghancurkan keduanya; hp dan keluarganya!"

"Kubiarkan saja. Padahal Ibu berusaha melerai bapak, kubilang dengan santai sambil masih menonton TV "Sudah bu biarkan saja, toh bapak bekerja... Kan gampang tinggal beli hp lebih baru".
Bapak ku bilang "Tuh sekalian aja gak usah di blokir, hancurkan aja sama hp nya!" Bapak ku pikir dengan menghancurkan hp itu bisa menghilangkan barang bukti, history chat dengan perempuan sialan itu.
Ku bilang, "Nih bapak mau hancurkan hp ku juga?" Biar bapak kira kami puas kalo bapak dengan heroik menghancurkan hp? Silahkan! Nih hancurkan."

"Teh, meskipun kuliahku jurusan Matematika, aku gangerti hukum tapi aku tahu gimana caranya mengamankan bukti-bukti bahwa bapak ku curang terhadap kami. Jadi aku menyimpannya lewat data g-drive. Jangankan hp, aku tiada pun itu bukti tidak akan hilang."

"Karena gatahan, aku nangis. Aku tahu bapak marah ke aku doang. (Saat itu hanya ada aku, ibu dan kakak ku di rumah. Adik ku lagi sekolah agama). Nah kakak dan adik ku gak tahu kelakuan bapak. Aku dan ibu pun yang tahu, tidak pernah membahasnya lebih jauh, aku takut ibu sedih apalagi terluka. Ibu juga mungkin gak mau kalo suaminya dipandang buruk oleh anak-anaknya. Ibu selalu menahan ini sendirian. Menyembunyikannya rapat-rapat. Dan tidak pernah mengadu ke orangtuanya tentang bagaimana bapak."

"Ada satu tempat buat ibu merefleksikan semuanya, kadang sampai menangis, yaitu ibu dari bapak ku Teh, nenek ku yang sudah beberapa tahun meninggal. Tempat curhat ibu. Tentu setelah nenek meninggal. Ibu hanya punya aku sebagai sedikit tempat bercerita. Itu pun jarang! Selain Tuhan ibu gak percaya siapa-siapa. Aku selalu meyakinkan ibu, kalo bapak tidak seperti yang orang duga. Ibu jangan khawatir "namanya laki-laki ya begitu, tak pernah puas dengan satu pasangan!". Hanya saja ada yang dilakukan terang-terangan, namun banyak yang diam-diam. Sembari aku terus ingatin bapak."

"Teh... Aku bilang ke bapak saat kami bertengkar hebat tadi, kalo ada apa-apa dengan hidupku (hidup atau mati), sukses atau belangsak, itu semua gara-gara bapak! Bapak yang sudah menghancurkan hidupku! Nyaris aku mau menamparnya tadi Teh sebab dia menyakiti aku secara terang-terangan dengan mempermalukan kami semua dan bermain-main dengan perempuan lain! Bahkan saat marah ku puncak Teh, aku menyesal untuk ucapan ku itu buat bapak. Aku gak mau satu pun kalimatku bisa menoreh luka dihatinya."

"Seburuk-buruknya dia tetap bapak ku. Terus aku bilang ke bapak bahwa, Demi Allah sampai aku mati aku gak mungkin melupakan ini. Bapak yang tidak pernah tidak aku hormati, aku sayangi, menghianatiku dan keluarganya hanya demi perempuan hina. Aku bilang ke bapak ku jika aku tidak menikah suatu kelak, itu karena aku melihat sosok laki-laki seperti bapak!
Aku minta dia berhadapan langsung denganku. Namun bapak mengelak, dan malah tiduran. Aku tahu persis kalo dia merasa salah, membuatku menangis gara-gara perempuan sialan."

Adzan maghrib pun berkumandang, ndak kerasa Lila menangis sudah tiga jam. Aku memeluknya lagi. Mengusap punggungnya. Melerai tangannya hingga tidak mengepal. Tak banyak yang bisa ku katakan. Apalagi semacam saran. Aku hanya akan menjadi tempat untuk Lila melerai sesak. Membagi isak. Membuatnya sedikit lega dengan mengamini semua umpatannya.

Saya sebenarnya mau Lila menginap saja, takut dia oleng saat perjalanan pulang, berkendara motor dengan penuh amarah jelas membuatku khawatir banyak-banyak. Tapi saat dipikir ulang, ndak baik jika ia menginap tanpa izin orangtua. Tawaran untuk mengantarkannya pulang dia sanggah dengan alasan tidak mau merepotkan. Akhirnya, saya antar Lila sampai ke depan, ku masukan coklat disaku jaketnya. Sambil ku godai Lila "Besok Teteh bawa marmer besi juga kalo ada yang membuat mu menangis lagi. Hati2 di jalan. Kasi tahu kalo dah sampai yak", dia tersenyum (jijik sepertinya) 😂

Apapun itu yang penting misi ku adalah saat Lila pulang dia harus berhenti menangis. Minimal saat diperjalanan. Saya takut bendungan air mata menghalangi penglihatannya, hingga dia celaka."

Pagi ini, sebelum saya menjalankan rutinitas WFH, saya melihat Lila dijalan mengantarkan adiknya ke sekolah. Matanya bengkak, apalagi yang membuatnya begitu? sudah pasti karena menangis semalaman. Dia klakson. Ku teriakan "nanti kita nyeblak"...

Selesai sudah kisah Lila, sedikit banyak tidak kujabarkan lewat tulisan, rasa nyeri yang lebih dalam biar jadi sumber kekuatan untuk Lila dan ibunya. Kenyataannya memang ini bukan kisah sedih baru yang mengejutkan, banyak Lila-Lila lain diluar kita mengalami drama serupa bahkan berakibat menghilangnya sebuah nyawa. Pengguguran bayi sebab perselingkuhan misalnya.

Lila adalah gambaran interpretasi perempuan menghadapi bermacam soal kehidupan, terlebih pria. Ibunya yang membuat ia kuat melahap nanar sendirian. Mengingatkan bahwa ujian Tuhan tidak mengenal perbedaan. Setiap dari kita diuji dengan kesengsaraan, pesakitan, kenikmatan hidup yang bervariasi.

Pesan untuk ku juga Lila dan perempuan lainnya, tentang sebuah pernikahan. Betapa pun paradoksnya... Mamah ana suatu waktu bilang "Kalau Teteh mau berkaca, berkacalah pada kaca yang ndak retak" begitu juga pernikahan.

Tasikmalaya, 9 Februari 2021

0 Comments:

Willen En Weten

2/08/2021 07:19:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


The same related on:

What do you think about cheating?
Why would someone cheat on a loyal partner?
Can a men ever be loyal again after cheating?
Why do you cheat on your boyfriend or girlfriend?
Why do people cheat on their partners?
Why it is that a women who is loyal and faithful, always get done wrong or cheated on?
Why is it morally wrong to cheat on your partner if your partner will never know?
Do loyal people cheat?
"I'm angry that my cheating ex-husband has remained loyal in his new relationship." Why didn't he do that while we were married?
Why do people cheat when you are loyal in every way possible?
Why did he cheat on me even after I was so loyal to him?
Why is it that you can be the most perfect loyal partner and still get in cheated on?
Why does a cheating husband Insist on denying his behavior and expact loyalty from his wife?
Do men cheat on the loyal ones and why?
Can someone really love their significant other if they cheat on him or her?
How do cheaters feel after they cheated on a loyal spouse?
Why do you think people cheat after promising to stay loyal?
Do all guys cheat? Is there such a thing as a faithful men that will never cheat?
Why do cheating men love loyal women?
Since cheating is so common now, should I risk being faithful as a young woman in her 20s?

So, how to keep a man?

Without communication;
There is no realtionship.

Without respect;
There is no love.

Without trust;
There is no reason to continue?

Tasikmalaya; February 8, 2021

0 Comments: