Tersenyumlah, buat orang menerka-nerka.

10/17/2020 04:53:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments

 
Saya adalah seorang gadis kelahiran Januari, berdarah asli sunda totality yang sangat mencintai dan menyayangi keluarga. Meski saya masi kiyuuut, menggemaskan (jangan dibungkus) nan ngangenin hari ini saya bukan lagi belia, tanggal  21 awal tahun depan saya genap men-dua puluh tiga.

21-01-2021 tanggal yang cantik untuk sebuah 'perayaan'

Beruntung lah saya... Allah berkahi hidup yang lapang, semoga wafat dalam keadaan khusus khatimah pula. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin. Sampai akhirnya saya pikir, jangan dulu menikah hidup seperti ini sudah membahagiakan. Saya tidak pandai dalam apa pun, namun saya senang mempelajari apa pun. Oh iya, semenjak memasuki bangku kuliah, ternyata saya cukup banyak berubah. Dahulu, saya tidak suka berkumpul tanpa ada hal yang layak untuk dibahas sekarang saya bisa kongkow anytime hanya untuk mendapati cerita rekan-rekan seperjuangan. Mendengar kan...
Namun, ada pula yang masih pada tempatnya, dahulu atau sekarang saya tidak menyukai kegiatan yang tidak membangun apa-apa, tetapi saya suka melakukan sesuatu yang membuat orang memikirkan apa-apa lalu diikuti dengan perbuatan. 
Saya benci sebenarnya pada manusia yang tak punya gagasan, ya minimal untuk hidup dan kehidupannya. Tidak boleh hanya 'ngalir aja' selamanya, tidak bisa hanya nunggu giliran~

Semenjak dewasa, saya nyaris tidak pernah menerima larangan orangtua untuk memilih dan memilah. Mungkin sebab anak pertama, Mamah dan Appa hanya selalu ada untuk selalu mendampingi dari do'a dan usaha. Kala jauh dari orangtua hobby juga bertambah. Menyenangkan masih bisa melanjut baca, menulis, juga menunaikan list drama Koriyaaa tapi meringkuk di kamar sendirian tanpa cahaya dalam jangka waktu yang cukup lama itu juga menenangkan. Kadang saya berkhayal, bagaimana kalau saya menghilang dari dunia dalam beberapa dekade dan kembali dengan sosok diri yang baru? Apa "mereka" masih ada dan mengingat saya? Mencatat pikir, merawat rasa dengan tulisan, melanjut hidup dengan bekal pengalaman dan segala wawasan, saya memilih untuk tetap disini. Nyata. Produktif. Karena misal tidak, saya pasti akan menyesal. Bukan sebab tertinggal, tapi absen dalam fenomena masa ini saya kira bukan putusan yang benar. Tak apa, tahan saja! Jalan yang terasa mencabik akan selalu membuat seseorang menemukan dirinya versi terbaik.

"Sen nama instagram mu apa?", 10 jari tangan dan kaki saya jika dikali jari tangan dan kaki Adik Rizmi (8 y.o) tetap lebih banyak jumlah orang tanya instagram saya apa? 😁 Saya tidak pernah punya Instagram. Ya karena belum butuh aja.
Prihal media sosial, banyak juga yang berubah. Dulu saya lebih suka menyimpan kebahagian dan kesedihan sendirian sekarang naif rasanya jika media sosial tidak dioptimalkan sebagai alat penebar manfaat juga perlawanan terlebih maraknya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Facebook dan Twitter terbukti massif sebagai ruang agitasi-propaganda keilmuan juga jejaring lintas gerakan dan batas teritorial. Sesekali pampang potret rupa sendiri ga-pa-pa~
Oh iya, berbicara perlawanan perempuan (feminist), saya adalah salah satu perempuan yang dengan Ridho Tuhan akan membela dan menyuarakan hak-hak perempuan secara eksplisit dan inplisit. Saya tidak sudi ditindas pula tidak mau menindas. Saya berhak untuk memilih dan bertanggung jawab. Dengan menulis dan speak up (dalam forum nyata dan maya) tentang suara-suara perempuan yang masih bias maka perlahan bukan hanya perempuan yang merdeka (segi apapun) tapi sebenarnya kita juga mendidik laki-laki untuk melihat bahwa kita (perempuan) sama-sama subjek manusia seperti mereka. Bukan objek pemuas, bukan barang simpanan yang habis manis lantas dibuang, bukan dan bukan bukan yang lain. Tolong catat diingatan,

feminist itu empowering women (memberdayakan perempuan) bukan anti-man (anti terhadap pria)!.

Sebagai manusia, ada dua hal yang saya cintai setara dengan keluarga;
yang pertama, perempuan;
yang kedua, anak-anak.
Mungkin kelak - kamu - yang saya cintai setara dengan keluarga.

Bicara sahabat atau teman, Tuhan mengabulkan do'a Mamah. "Agar saya disayangi banyak orang."
Teman itu ya berbanding lurus dengan pergaulan. Artinya semakin luwes orang bergaul maka akan semakin lebar pula lingkup pertemanannya. Namun sahabat, mereka cukup saja itungan angka yang tak banyak. Yang saling meng-anggap. Tidak melulu harus selalu ada. Mereka yang ada bahkan saat kamu beri jarak. Gitu si sepengalamanku dengan sahabat-sahabatku. Ntahlah... Bicara teman, lebih baik sedikit tapi sungguhan, daripada banyak tapi bohongan. Hehe
Bagaimana pun kita, sesekali berbaurlah tapi tidak melebur (luntur).

Untuk yang jarang bertemu, semoga catatan reformasi deskripsi diri yang baru ini, bisa memperpanjang silaturahmi bagi sesiapa saja yang merindu.

Tersenyumlah, buat orang menerka-nerka.

Tasikmalaya, 17 October 2020

0 Comments:

Filosofi Perempuan (9)

10/06/2020 07:54:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments

Perempuan itu seperti anak kecil yang merepotkan. Dan ketika ia sudah tak merepotkanmu lagi, ketahuilah bahwa ada orang lain yang telah memberinya keindahan (makna).

Jadi, jangan pernah memaksa untuk ada, yang sungguh pasti datang tanpa diminta. Tapi, juga perlu evaluasi kenapa yang peduli kadang pergi, bahkan tak jarang sebagian enggan kembali.

Harus sesama mengerti, jangan diam-diam kehilangan lalu masing-masing merayakan perpisahan.

Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari cinta tanpa pernikahan dan pernikahan tanpa cinta.

Tasikmalaya, 6 October 2020

0 Comments: