Kita adalah hati-hati yang jernih.

10/31/2019 01:02:00 AM Sena Putri Safitri 0 Comments


Ialah ia sepasang perasaan yang liar, tumbuh begitu saja di dada, tak perlu dekat untuk menatap, tak perlu tempat untuk menetap.
Memaksa hadir meski tak pernah tampak di depan mata.
Begitu kah kurang lebih yang kau rasa?

Ialah ingin yang saling menemukan, menjadikan nyata rasa yang ada, agar tak hanya tumbuh di dada tapi juga hadir berhadapan.

Ialah ingin yang saling menjemput, tapi apakah kita juga ikut arus kemudian hanyut?

Barangkali, kita hanya pikir yang mengarahkan karena sebuah kesempatan?
Sebatas hakikat manusia yang seharusnya berdua?
Kemenangan yang layak disuguhkan?
Atau memang kalkulasi transendental?
Ah begitu rupanya.

Jangan menyalahkan garis hidup yang mendekat hanya karena belum siap dan belum pernah bahkan kucoba.

Kau tidak pernah mau kehilangan apa-apa kan? Hak mu.
Kau tak perlu bertaruh apa-apa.
Terlebih mencemaskan aku ada dan bersama siapa. Hak ku.

Kehidupan akan tetap dijalankan dan baik-baik saja ada aku atau tidak. Bersama ku atau dia.
Apalagi masalah rindu; aku saja yang kalah. Ndak papa.

Sebab; Aku mungkin tak pernah bisa memastikan kita
Aku mungkin tak pernah bisa memberi jawaban yang menenangkan dada

Yogyakarta, 31 November 2019

0 Comments:

Tikas Diri

10/07/2019 09:21:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Segala bentuk cinta dalam pandangan Nietzsche adalah kegelapan. Ia tidak menentang segala bentuknya, yang ia tolak jenis cinta ‘keawaman’ dan tentu cinta yang bersifat politis. Karena menurutnya, "cinta takkan pernah paham tentang kasih sayang kecuali kebergantungan (perlu) dan kemelekatan." Suatu gelora yang mengisi dan selanjutnya merenggut eksistensi manusia. Cinta yang mampu merenggut manusia hanya akan membuat sang pecinta takkan mampu melihat yang lain kecuali cinta itu sendiri. Itu bodoh, lantas apa gunanya cinta jika kekasih tak terlihat dan tak bisa disaksikan?

Demikian halnya dalam politik bahwa cinta adalah penyatuan dengan orang-orang faqir, orang-orang yang lemah, dan pinggiran. Mencoba menyebarkan cinta agar seluruh lapisan masyarakat menjadi satu warna, sepakat kalau itu kedzoliman? Penderitaan yang dipaksa dipukul rata utuk diterima atas dasar cinta.

Nietzsche bilang, “siapa saja yang membuatmu ketakutan, lenyapkanlah cintamu padanya”. Artinya, memiliki cinta, sama saja meninggalkan nalar dan membuat seseorang tergila-gila dan menjadi gila. Oleh sebab itu cinta adalah sumber kegilaan agar sampai kepada kewarasan. Cinta adalah kewarasan yang berangkat dari kegilaan. Mengerti maksudnya?

Tuhan, cinta lebih agung dari kebergantungan dan kemelekatan. Cinta berakar dari syahwat dan gelora bukan? Begitulah seharusnya hubungan yang sejati dan terjadi secara alamiah dengan ilmiah. Cinta seperti ini akan menghasilkan berbagai ragam warna pengetahuan yang senada dengan perasaan. Berimbang sudah. Memaknai hakikat, sebagai sesuatu yang kita rayakan dan kita saksikan. Sedang syahwat merupakan dasar utama dalam menjalin hubungan dengan tabiat (nature). Maka jaga-lah.

Untuk Pria: Prihal keinginan untuk berkuasa (Will to power) pada hakikatnya bukan untuk kekuasaan agar puas semata, supaya bisa menyempurna sebagai binatang yang memiliki nalar. Engkaulah imam keluarga. Kemudian dari sana akan melahirkan manusia baru yakni manusia yang lebih kuat karena mendasarkan cintanya pada tabiat dan syahwat. Percayalah setiap perempuan memimpikan itu dekat atau lambat disadarinya.
Bukan pelarian diri, bukan jalan menuju diri sendiri.

Berbeda dengan Rumi, ia menitik beratkannya seperti 'rem', Rumi menyampaikan "Cinta sejati justru tidak mungkin diraih dengan syahwat". Sesuatu yang bukan perkara mudah dilukiskan. Begitu transenden. Unsur cinta yang paling utama justru terletak pada kegergantungan dan kemelekatan. Sebab itu cinta seperti ini takkan terwakilkan oleh kata-kata.

Beberapa orang yang mengenal saya mungkin tidak aneh bagi mereka, sering saya ucapkan: "Bagi Saya lebih tabu ngomongin cinta dari pada ngomongin BH di tempat umum". Filosofis sekali kalimat itu, karena jauh dari pengetahuan, pengalaman dan perasaan SAYA MALU ATAS TAFSIRAN APAPUN TENTANG CINTA. Dari bahasa, pena bahkan laju untuk melangkah.

Semacam karekteristik dari sifat Ilahiyah yang gemar manusia ekspresikan. Atau jatuh yang dinikmati sakitnya. Lebam yang mendewasakan. Menuntunnya di kehidupan yang Tuhan janjikan lebih baik.
Berbeda dengan Nietzsche, Rumi justru menempatkan cinta pada kebergantungan dan kemelekatan.

Perhatikan ucapannya;
"Cinta adalah lidah api,
Akan membakar segalanya kecuali Kekasih."
Api di dalam dirinya yang terus bergelora setiap saat dan memurnikan serta menyucikan cinta yang hadir di dalam dirinya. Jika cinta seperti ini yang hadir di dalam diri seseorang maka seluruh pandangannya telah menjadi milik Kekasih sehingga tak mampu lagi melihat yang lain kecuali sang Kekasih. Allah!. Siapa lagi.

Kata Rumi, ketenggelaman seseorang di dalam cinta Kekasih akan membantu dirinya bebas dari ke-aku-an sebab ke-aku-an dirinya menemukan kehidupan baru yakni kehidupan yang semakin transenden. Suatu bentuk kehidupan yang sudah tidak ditemukan lagi tanda-tanda keangkuhan, egoisme, peperangan, dan kebencian.

Diingatkannya dengan syair yang indah;
"Mengapa sejak awal cinta itu luka?
Agar memutuskan segala yang ada di luar."
Pesan untuk kita, bahwa cinta seperti ini hanya bisa terjadi jika objek cinta kita adalah Ilahi, bukan pada makhluk yang memiliki keterbatasan seperti manusia. Jika cinta adalah Ilahi sekaligus Kekasih maka tak ada jalan lain selain jalan kefanaan untuk menemukan cinta seperti ini.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat.

Yogyakarta, 7 Oktober 2019

0 Comments:

UNTIL SHE'S PRESENT

10/02/2019 03:00:00 PM Sena Putri Safitri 0 Comments


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).

Yaa Rabbi, jika saya engkau izinkan lahir penuh kesempurnaan tanpa kekurangan sedikitpun, maka Engkau tentu lebih tahu bahwa saya juga begitu lillah ketika ruh dan jasad saya Engkau pisahkan detik ini juga. Sebagai seorang hina, dina dan nista, tetap akan saya perjuangkan apapun dalam menggapai dunia dan meraih ukhrawi Mu. Semoga Fastabiqul Khairat bukan hanya jalan yang kerap kau berikan. Tapi prinsip pembaharuan. Bentuk ijtihad cendekiawan.

Yaa Rabbi, saya Shopya, adalah keabadian yang melekat bersama makhluk bernama perempuan yang dilahirlan dari rahim mamah Ella dan Appa Iyan bernama Sena Putri Safitri berjanji akan selalu mengupayakan apapun untuk gadis itu. Iya Sena.

Jika dia berdoa hanya pada saat selepas shalat 5 waktu, jika dia meminta hanya pada waktu Dhuha, jika dia memohon hanya pada Qiyamullail, tolong selalu genggam hatinya Yaa Rabb, bahwa saya berdoa setiap detak dan detik kehidupan nya agar dia sebaik-baiknya bermanfaat. Agar gadis itu selalu menjadi penerang diantara kami yang masih gulita, semoga gadis itu berkah kehidupannya dan meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. 

Semoga kelak gadis itu terus menjadi karibku sampai yaumul qiyaamah. Tanpa kesusahan menjalaninya Yaa Rabb.
Jika Saya adalah salah, maka ampuni dia Ya Rahiim, jika saya terlena, maka selamatkan gadis itu Yaa Malik.
Jika dia jatuh, maka mohon bangkitkan saya segera. Dan jika dia sakit dan sedang gagap maka jadikan saya sebagai pikiran dan perasaan yang selalu menjadi jalan menemui kekasihNya. Rumah dan kediaman pertama dan terakhir yang dihuninya. Dan kasihani dia dengan memberinya teman berfikir dan lawan bicara yang berimbang keseluruhan dengannya, bukan menyusahkan-disusahkan. 

Tak ada yang tahu bahwa dia rewel dalam beberapa hal, sahabatku segera lah tumbuh sesuai ingin dan angan, harap dan suka mu. Sena-ku resapi baik-baik, "Apapun yang memberatkan, ialah upaya dalam memvisualisasikan doa Mamah dan Appa."

With love,

Shopya.

Yogyakarta, 5 September 2019

0 Comments: